Sunday, November 2, 2008

akhwat ...?

22 oktober 2008
Lagi-lagi ndengerin A Love To Kill ……. Erggghhh … kenapa lagu itu “membunuhku” ??

Beberapa waktu yang lalu kebetulan ada temen sma-ku yang menikah trus aku sama temen2 dateng ke sono, rame-rame … wah ini sih bukannya menghadiri walimahan tapi malah reuni sma. Hehe …

Sebenarnya yang ikut dateng itu banyak tapi kalo diitung sih ada 7 akhwat termasuk aku (ini lagi mau cerita masalah akhwat hihi ..)

Begitu ketemu, whuaaaaaa ….!!! Pada njerit (hehe) maklum, lama gak ketemu eh .. ketemu lagi ternyata tambah ancurrr!!! Hihi … nggak ding! Setelah sekian tahun berpisah, ketemu lagi eh ternyata udah banyak yang berubah. Tapi temen-temenku rata-rata udah pada jadi bu guru (abis mereka kan ngambil D1 UNY, so kalo diitung ya duluan mereka lulusnya lah … hiks) di tempatnya masing-masing. Jadi bu guru SD yang lucu-lucu. Dari ketujuh akhwat diantara kami, 4 diantaranya masih kuliah, nah yang lainnya udah jadi bu guru.

Tapi hiks .. reaksi mereka melihatku …

”Woii .. Cix, kamu nggak berubah ya?”

Aku bengong asli. Maksudnya??

”Lihat tuh, kita-kita udah pada feminin pakai sandal n sepatu yang kemayu, weladalah .. kok dirimu masih setia dengan sandal gunung-mu itu! Hahahaha ...”

Spontan ku melihat sepasang sandal gunung-ku tercinta ... Hiks... hiks ... T_T

Teganya kalian!

Huhfffff ... emang sih, temen-temenku uda pada ”kemayu”, bisa pakai sandal ”jinjit” berapa centi tuh ... dan begitu melihatku??? Karena ternyata diantara mereka, hanya aku satu-satunya yang masih setia dengan sandal gunung-ku tercinta .. ihik ..ihik ....

”Cix, moso gak ada perubahan? Hehehe ... sing rodo kemayu saithik lah ...”

Watatatataaa .....!!!

Yeee .... emangnya dosa kalo pake sandal gunung?? emangnya kudu pake sandal berhak tinggi? Huuhhh ... males banget! Mending pake yang nyaman. Ya kan?!

Tapi, btw anyway ... jadi rada mikir juga sih ... gara-gara mereka comment kaya gitu. But, kupikir nggak ada salahnya seorang akhwat bisa memperhatikan penampilannya. Terutama kalo udah berkaitan dengan sisi-sisi feminin dan maskulin atau diantara keduanya (haaa?). Takutnya tersibghah oleh sisi-sisi maskulin yang tak kita sadari, gitu ...

Katanya sih, seorang akhwat itu harus pakai jilbab rapi (dan berkibar-kibar hihihi), baju panjang (ya iya lah ... secara menutup aurat), sandal/ sepatu yang feminin (wekkssss!!), dan tas ”cangklekan”. Hwwuuaaaaa ..... ??

Tapi bagiku, nggak masalah deh kalo misal ada akhwat pake sandal gunung (hehe .. pembelaan diri neeh ..), meskipun kenyataannya jarang ada akhwat pake sendal gunung ... (hehe .. jangan-jangan cuman aku doang? wattaa ... nggak lah, ada 1-3 orang kok .. nyari pendukung neeh ...^o^ V). Meskipun mungkin banyak yang bilang, itu masih terlalu maskulin, mbok ya lebih feminin dikit, jangan menyerupai laki-laki gitu ... hiekkkk!!!

Nek bagiku, selama masih dalam kondisi wajar sih gak papa, (menurutku lho ...), lagian apapun yang kita pakai asal nyaman dan nggak mengganggu pemandangan sih, gak masalah!

Ah .. pada akhirnya tiap orang punya pilihan sendiri-sendiri. But bagiku, gak masalah lah yaw pake sandal gunung (wong itu belinya halal bin toyyib) dan pake tas punggung. Dan aku juga tetep seorang akhwat kok! Hehe ...

Yang penting, menjadi diri sendiri deh .. nggak perlu ikut-ikutan orang lain musti pake ini pake itu ... PD aja!

Jangan Tolak Cintaku episode 2

nih sambungannnyaaaaaaaaaaa ........................................



“Nak, kalau kau tak betah di sana, berhenti saja lah. Ibu tak apa-apa. Ibu masih sanggup membiayai adik-adikmu. Jangan terlalu dipaksakan.”
“Segera menikahlah, Nak. Biar ada yang menjagamu. Ibu tak mungkin menjagamu terus menerus.”
…..
Kata-kata itu masih terngiang-ngiang di telinga Karima hingga kini. Ibu sudah hampir pulih dari sakitnya. Kata dokter yang merawatnya, Ibu hanya sedikit kelelahan bekerja dan harus banyak istirahat. Tapi Ibu tetaplah Ibu, yang tidak terlalu memperdulikan peringatan dari dokter untuk bedrest beberapa hari. Ibu tetap menjahit seperti biasa, apalagi pesanan jahitan semakin banyak. Ibu sering melembur pekerjaannya hingga tengah malam tanpa memperdulikan kesehatannya yang semakin memburuk akhir-akhir ini. Ketika Karima pulang, Ibu selalu menanyakan kapan akan menikah. Dan Karima hanya bisa terdiam mendengar pertanyaan Ibunya itu. Sebenarnya Karima ingin segera menggenapkan dien-nya tapi dia ingin konsentrasi dulu dengan kondisi ibu dan ketiga adiknya. Karima tahu bahwa mereka masih sangat membutuhkannya. Jadi untuk masalah menikah, Karima tak terlalu memperdulikannya.
Langkah kecilnya perlahan menyusuri jalan kecil dekat taman kota. Hari ini Karima hendak pulang kembali ke rumah keluarga Hermawan untuk bekerja seperti biasanya.
Ya Allah … aku akan kembali lagi ke rumah besar itu.
Karima mendesah pelan.
Tiba-tiba …
Ada dua orang laki-laki menahan langkah kakinya hingga membuatnya terkaget-kaget.
Ya Allah ... Mereka mau apa ?
Kemudian salah seorang dari mereka maju dan menodongnya dengan sebuah pisau lipat.
”Cepat serahkan uang dan perhiasanmu!”
Astagfirullahal’adzim ... Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini.
Karima mundur beberapa langkah ketika lelaki berkacamata hitam itu mencoba mendekatinya.
Tiba-tiba ...
”Beraninya cuma sama cewek?”
Karima menoleh.
Panji ... ?
Kedua laki-laki itu terlihat kesal melihat kedatangan Panji karena telah mengacaukan rencana jahat mereka pada Karima. Dan tak lama kemudian perkelahian sengit pun terjadi dengan jumlah tidak seimbang, satu orang melawan dua orang. Tapi Panji berhasil mengatasi ketiganya. Tak sulit bagi Panji, yang merupakan atlet taekwondo ban hitam di kotanya, untuk mengalahkan kedua pemuda yang hendak mengeroyoknya. Panji mencengkeram kerah si kacamata hitam dan menatap tajam matanya.
”Ini untuk yang pertama dan terakhir!”
Akhirnya kedua penjahat itu kabur. Sementara Karima tak beranjak dari tempatnya berdiri. Sepertinya gadis berjilbab hijau muda itu masih terlihat kebingungan.
Panji membalikkan badannya.
”Mereka sudah pergi. Ayo pulang.” ajak Panji dengan suara lebih lunak tanpa melihat ke arah Karima.
Pulang?
Panji melangkahkan kakinya menuju mobilnya.
Haruskah aku satu mobil berdua saja dengannya ...?
Akhirnya Karima terpaksa mengikuti langkah Panji menuju Jeep kesayangan Tuan Muda-nya itu.
”Terima kasih .... sudah menolongku.” ucap Karima pelan ketika Panji hendak men-starter mobilnya.
Panji hanya tersenyum tipis.
***
Sejak kejadian di taman kota itu, baik Panji maupun Karima sedikit mengambil jarak. Keduanya mulai terlihat jarang berinteraksi meskipun Karima tetap bekerja melayani majikan muda-nya itu seperti hari-hari biasa. Mulai dari menyiapkan sarapan pagi hingga menyediakan baju yang akan dipakai Tuan Muda-nya itu. Namun Karima sadar bahwa bagaimana pun juga Panji tetaplah lelaki sehingga Karima berusaha membatasi interaksinya dengan sang majikan muda. Karima tetap berusaha menjaga batas-batas hubungan antara laki-laki dan perempuan meskipun dalam pekerjaan.
Pagi ini Karima sedang menyirami dan memotong beberapa tanaman yang mulai tumbuh liar di taman belakang rumah majikannya. Karima tampak gembira dengan pekerjaannya itu.
Tiba-tiba Panji datang menghampirinya.
”Rima, aku ingin bicara.”
Karima menghentikan pekerjaannya sementara. Kepalanya menunduk.
”Rima, aku jatuh cinta padamu.”
Karima kaget mendengar pengakuan majikan mudanya itu.
”Menikahlah denganku ...”
Karima terpana mendengarnya.
”Aku serius.”
Karima merasa pipinya bersemu merah. Dan hatinya teraduk-aduk tak karuan.
”Aku butuh jawaban darimu, Rima.”
Karima mundur beberapa langkah karena jarak mereka sebelumnya begitu dekat. Dan Karima belum mampu mengeluarkan kata-kata dari mulutnya. Mulutnya serasa terkunci rapat.
Atas dasar apa engkau mencintaiku? Kita berbeda, Tuan Muda.
”Maaf, saya tidak bisa.”
”Kenapa?” tanya Panji setengah tak percaya.
Tak terasa butiran bening perlahan mengalir dari kelopak mata indah milik gadis cantik itu. Karima menundukkan kepalanya, tak ingin Panji mengetahui yang sebenarnya.
Kita berbeda, Tuan Muda. Dalam hal apapun ...
***
Meskipun Karima telah menolak cintanya, Panji tetap tak kenal menyerah. Panji tak pernah melewatkan kesempatan yang ada untuk menyatakan cintanya kembali kepada gadis pujaannya itu.
”Kenapa kau menolakku?”
”Apakah karena aku lebih muda dua tahun darimu?”
”Apa karena aku majikan dan kau pembantuku?”
”Apa aku bukah lelaki yang diharapkan oleh seorang gadis berjilbab sepertimu?”
”Aku akan berubah jika kau mau ...”
”Please, jangan tolak cintaku ...”
Kata-kata itu selalu terngiang di telinga Karima. Karima tahu Panji adalah lelaki sempurna. Tampan, cerdas, dan segala kebutuhannya terpenuhi. Tapi Karima sadar bahwa Panji terlalu sempurna untuk dimiliki. Dia sadar dengan posisinya sebagai seorang asisten pribadi majikan mudanya itu.
Akhirnya Karima memilih keluar dari pekerjaan sebagai asisten pribadi Panji. Selain karena sudah mendapatkan pekerjaan tetap sebagai guru di salah satu TK swasta terkenal di kotanya, meskipun berbeda jauh dengan latar belakang kelulusannya dari Fakultas Ekonomi dulu, juga karena Karima ingin menghindar dari majikan mudanya itu. Karima ingin menghapus kenangannya bersama lelaki yang pernah menjadi majikannya itu. Meskipun gajinya menjadi guru TK tak lebih besar dari gaji yang diterimanya sewaktu masih bekerja di keluarga Hermawan, tetapi Karima merasa nyaman dengan kondisi di tempatnya bekerja sekarang. Apalagi Karima sangat menyukai anak-anak kecil seusia TK. Dan semenjak keluar dari pekerjaannya, Panji benar-benar kehilangan jejak Karima. Panji berusaha mencarinya tapi tak pernah ditemukannya sosok gadis manis berjilbab lebar yang pernah singgah di hatinya. Dan selama itu pun, Panji tak pernah bisa melupakan Karima karena Karima adalah cinta pertama baginya.
Namun akhirnya ...
Lima hari yang lalu, Panji tak sengaja bertemu Karima di TK tempat Karima mengajar. Kenangan lama pun bersemi kembali. Apalagi baik Panji maupun Karima, ternyata masing-masing masih sendiri, belum menemukan jodoh yang tepat untuk mendampingi hari-hari mereka.
Ya ... manusia memang tak kan pernah tahu apa yang digariskan oleh Tuhannya.
***
Dalam sujud panjangnya di keheningan malam ….
“Ya Rabb … haruskah aku menerimanya? Aku takut jika keputusanku memilihnya, ternyata aku telah jatuh cinta kepadanya lebih dulu. Hanya engkau yang mengetahui hatiku, hanya Engkau yang mengetahui niatku. Aku ingin mencintainya karena-Mu. Jika Engkau ijinkan, maka satukanlah kami dalam sebuah bahtera … Berilah yang terbaik untuk kami semua …”
”Kalaupun dia bukan jodoh terbaik bagiku dan aku bukan yang terbaik untuknya ... maka berikan kami jalan yang terbaik ...”
Tak terasa rintik-rintik kecil mengiringi istikharahnya malam ini. Dan malam ini adalah malam terakhir Karima ber-istikharah, meminta petunjuk-Nya. Lima hari yang lalu ketika Panji datang menemui Karima di tempatnya bekerja, Panji mengajukan pinangannya kembali.
“Aku bersungguh-sungguh, Karima. Insya Allah, lima hari lagi aku akan datang melamarmu.”
Dan kini Karima sudah menemukan jawabannya.
***
Panji, lelaki tampan yang kaya itu, kini sudah berubah menjadi sosok lelaki sholeh yang mendambakan wanita seperti Fatimah binti Muhammad. Panji terlihat lebih dewasa, baik dari segi pemikiran maupun penampilan. Waktu telah banyak mengubahnya untuk belajar tentang arti sebuah hidup dan berjuang. Tentang Islam.
Namun Panji tetaplah Panji, lelaki yang tak pernah menyerah meski cintanya telah ditolak berkali-kali oleh asisten pribadinya sendiri, Karima. Waktu dua tahun lebih ternyata tak mampu menghapuskan keinginannya untuk meminang wanita berparas ayu itu. Panji tetap bertekad untuk meminang kembali wanita yang dianggapnya punya prinsip yang teguh. Kali ini Panji begitu yakin bahwa dia telah datang di saat yang paling tepat.
Kini Panji sedang berhadapan dengan Karima dan Ibunya.
”Saya ... saya kesini ingin melamar putri Ibu.”
Please, jangan tolak cintaku !
***
Epilog
Surakarta, 7 Januari 2008.
Ilaa Akhi Panji,
Assalamualaikum warahmatullah ...
Sebelumnya saya ucapkan jazakumulloh khoiron katsir atas pinangan antum beberapa waktu yang lalu. Saya sungguh merasa sangat tersanjung. Tapi saya mohon maaf, saya tidak bisa menerimanya. Saya tahu antum telah banyak ”belajar” tentang arti hidup ini, belajar menjadi ikhwan (seperti yang antum katakan). Tapi kita berbeda, akhi. Berbeda dalam banyak hal ... Dan saya rasa antum sudah memahami yang saya maksud. Banyak yang jauh lebih pantas dari saya untuk bisa bersanding dengan seorang Muhammad Panji Hermawan. Tentang jodoh, hanya Alloh Yang Maha Tahu.
Mohon diikhlaskan atas segala khilaf saya.
Wassalamualaikum warahmatullah...
Karima
Lelaki itu tersenyum tipis setelah membaca bait-bait penolakan untukknya.
Kita memang berbeda, Tuan Putri ...
Lelaki itu tertunduk dalam diam.
Karena aku hanyalah pungguk .... Sedang engkau rembulannya ....
Mata beningnya berkaca-kaca.-end-


Sebuah kisah cinta yang mungkin terasa” aneh” bagi sebagian orang,
Solo, Januari 2008 Last edited 07.00 WIB

GANDRUNG



28 oktober 2008 .. eh hari sumpah pemuda ya …

Bis magrib tadi lagi enak-enaknya ndengerin winamp …

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan-Mu

Uhhhh …. So sweet banget sih liriknya … setelah a love to kill, ni lagu bener-bener membunuhku deh .. hiekkksss!!!
Lagi asyik dengerin muhasabah cinta gini, tiba-tiba ……..

Whuaaaaaaaaaaaaaaa ……………….!!!

Kaget tenan aku … jeritan dari ruang tipi.
Tahu nggak apa?
Ada Peterpan!!!
Watatataaaa ....!
Jadi ceritane ki, ada wabah ”peterpan” di kosku tercinta, sejak beberapa hari yang lalu. Gak tahu tuh pada kesambet apa ....

-tuing-tuing ...-

Heboh banget nih anak-anak kos semenjak konser terakhir peterpan yang katanya mau ganti nama (opo piye? Aku gak mudeng maksude ganti nama ... ra penting). Nah sejak itu, virus ”peterpan” tambah mewabah di kos. Anak-anak tambah gandrung ma yang namanya ariel, si vokalis ... wekssss!!! (tapi ku gak ikut-ikutan, gak seneng sih!)
Tiap ada peterpan langsung dah ada yang mengkomandoi buat nonton , ”Woiiiiiiiii ... peterpaners, ada peterpan ki!!!” langsung deh, pada nyanyi bareng ngikutin peterpan ... ada-ada aja. Wis, pokokny ruang tipi dadi rame!!!
Mbuh ki, gak ada angin gak ada hujan, eh anak-anak pada gandrung peterpen ... hare genee??

-hehehe...-

Nek aku pribadi sih, emang gak suka ma peterpan (maaf ya, peterpan ... ^.^ V) atau band-band lain yang sekarang ini ladi digandrungi sama anak-anak muda jaman sekarang. Gak mudeng juga sama perkembangan sekarang. Jadi sorri-sorri aja, mau lagunya sebagus apapun, namanya gak suka yo gak suka ... lebih enak dengerin lagu korea yang so sweet, mellow tapi ”dalem” banget maknanya .. hehe ... ato Muhasabah Cinta deh ...

-fufufufuu...-

Soale nek aku dhewe ki yo, emang rodo aneh .. disaat yang lain lagi gandrung ma band-band anyar dan sejenisnya, aku ki malah suka ma lagu-lagu jaman dulu ... yang menurutku masih rada alami .. (maksudnya? Dadi eling iklan Telkom yang telpooon ... telpooonn rumah ... bla bla bla ... lucu!).
Gini lho, nek sekarang, katanya lagu-lagu iku isine yo tentang perselingkuhan lah, pengkhianatan, wis semacam ikulah ... dipikir-pikir kasian juga bangsa Indonesia, ternyata sekarang kesetiaan mereka udah luntur ... maybe ... merasakan hal yang sama ?

-mesakke yow...-

Meskipun bagiku, tetep paling enak didengar yow nasyid lah!!! Hehe ... (apalagi nek ndengerin nasyidnya Izzis or JV, weh ... keren tenan ik!) mau haroki ... mau mellow ... or setengah haroki setengah mellow (maksude? Hehe) ... gak masalah lah, sing penting enak didengar .. ya kan?? Dan sesuai porsinya aja ... lebih enak lagi kalo dengerin murottal kan ya, nenangin ati dan pikiran. Alhamdulillah ....

-eh tapi yo seneng juga dengerin nasyid Korea lah ... wkwkwkwk ... nasyid Korea??? hihi -

Yah .. pilihan dan pendapat tiap orang emang beda. Ada yang sukaaa banget sama pop, regge ... opo dangdut ... ada yang suka nasyid ... atau yang antimusik sekalipun ... yang penting porsinya seimbang aja, nggak berlebihan aja. Meski musik terbaik adalah ayat-ayat cintaNya ...

-lagi belajar buat ninggalin musik” aneh ... hihihi-

Tapi betewi ki yo, ngomong-ngomong masalah musik, aku jadi inget something ...
Ada yang protes, udah jadi akhwat kok masih aja suka sama musik Korea ... hehe... nasyid dong ukh, nasyid! Lha ... gak masalah kalee .. daripada sama lagunya Trio Macan hayoouuu????

-wekekekek ... gak banget lah!!!-

Wislah ... selera orang emang beda, sing penting orang nggak merasa terganggu dengan seleraku ... hehe ...

-iki opo maksude??? .. mbuh lah .. ra penting-

Tiba-tiba ...
Na saranghaji mothage charai naui nuni molge heboril goshiji
we nega gudeui arumdaumul boge manduronunji
na ijen nomu nujoji gudenun imi neane pojyo
shiso neryohedo jiwoboryohedo kuthobshi on mome jomjom bonjyoman ga
jigumshig jichyogaji nomuna igsughan aphume
surojirago naui okkerul jidnurumyonso
sesangun marul haji nanun kumul kwosonun andoendago
amuron himangdo nowaui sarangdo negen horagdoeji anhun gorago

-wis ahh ... -

Bait-bait Cinta dari ....

Oktober’08
Saat sepi merindu ....

Berjumpa denganmu adalah cinta,
mencintaimu adalah anugerah,
ridhoi aku menjadi saudaramu.
Semoga Allah mengekalkan ikatan ini,
meneguhkan kita di jalan ini,
dan mengumpulkan kita di jannah-Nya nanti.

Aku tahu betapa Allah sangat … mencintaiku.
Bahkan ketika ujian sedang melanda,
itu adalah tanda bahwa Dia akan semakin … mencintaiku.
Ya Rabbi, sahabatku ini adalah bukti cinta-Mu …
========================================================= ^.^

Bait cinta di atas adalah sms-sms dari sahabat saya yang hadir saat malam menjelang, entah untuk ke berapa kalinya. Saat raga begitu penat dan mata sudah hampir tak tahan lagi untuk terpejam. Namun jari-jari ini seolah tak ingin kalah untuk mengirimkan ”kata-kata cinta” yang sama kepadanya. Tak menyadari, bahwa saya telah jatuh cinta pada bait-bait cinta yang mereka kirimkan. Fiuuhhh ...

Sahabat itu selamanya seperti bintang di langit yang senatiasa berkerlap kerlip. Meski terpisah jauh, aku ingin engkau tetap merasa tertemani olehku. Meski aku hanya bisa berbisik “aku mencintaimu karena Allah.”

Kalau sudah begini, saya jadi teringat dengan sahabat-sahabat saya di kampus. Begitu banyak hari yang saya lalui bersama sahabat-sahabat saya. Ada kalanya kami bisa berkompak-kompak ria, namun suatu waktu kami pun sering ”bertengkar” karena sesuatu hal yang kadang dianggap sepele. Susah, senang ditanggung sama-sama. Terkenang dengan tawa riang mereka, juga tangis pilu dengan raut wajah sedih. Orang bijak mengatakan: “Adakah orang alim yang tak pernah salah, adakah pedang yang tak tumpul, adakah orang baik yang tak pernah berubah.” Semuanya datang silih berganti dan saya benar-benar menikmatinya. Justru masa-masa itu yang membuat saya rindu dengan mereka, sahabat-sahabat saya. Masa-masa saat kami mengalami ”ketegangan” bersama karena beda pendapat atau karena berbeda jalan sikap. Yaa .. saat kami saling jutek, saat kami tak sadar bahwa kejutekan itu hadir karena kami saling mencintai.

Apalagi saat pertama kali masuk kampus Ekonomi, tak mengenal siapapun. Seolah-olah sebatang kara saja. Tragis. Kenal pun, masih yang malu-malu. Belum berani untuk benar-benar menjadi ”dekat” layaknya seorang sahabat. Masih segar dalam ingatan ketika pertama kali ramai-ramai ikut STATISTIKA di Matesih. Masih dengan wajah-wajah culun dan imut layaknya anak TK yang baru saja punya teman. Outbond yang melelahkan tapi juga menyenangkan. Dan sejak saat itupun, kami mulai belajar untuk bisa saling memahami satu sama lain. Mulai bisa tertawa lepas saat berkumpul bersama, dengan celotehan-celotehan riang. Mulai saling mengirimi sms-sms cinta dan penyemangat. Saat semangat kami begitu membara untuk menghusung dakwah ini bersama-sama. Dan berjuang bersama-sama di kampus tercinta dalam segala peluhnya. So sweet ...!

Kitalah dakwah itu,
kitalah ruh pergerakan itu,
kitalah kemenangan seruan itu,
karena kita dan dakwah laksana jasad dan ruh-nya.
Marilah menjemput semangat yang pernah berkobar.
Jika kini ia melemah ... Kuatlah! Allohu Akbar!!!

Ah .. jadi merindukan saat-saat seperti itu.
Saya baru sadari itu.

Sekarang saya dan sahabat-sahabat saya memang jarang berkumpul, mungkin lebih karena kami sudah memasuki area-area ”meluluskan diri” dari kampus Ekonomi tercinta. Tidak lagi bertemu dalam satu kelas di mata kuliah yang sama. Masih ingat, dulu sering kerjasama ”telat masuk kelas” karena harus memenuhi ”hak perut”, namanya juga masih anak-anak. Makan siang bersama di kantin kampus atau sekedar ngobrol kecil di ”lorong cinta” kampus kami. Dan yang lebih mengesankan hingga tak bisa saya lupakan adalah saat ”istirahat” bersama di Mushola Putri yang sekarang sudah tak dapat kami gunakan lagi karena sudah beralih fungsi untuk dosen saja. Rindu sekali dengan ramainya Mushola Putri meski ruangannya serasa sempit saat kami berkumpul di sana. Saya bisa merasakan indahnya kebersamaan kala itu. Huhff ....

Dan yang membuat memori ini semakin berputar jauh mengingat persahabatan, justru saat-saat kepahitan yang kami alami sama-sama. Saat-saat kami bertengkar, berbeda pendapat, saat saya ataupun sahabat yang lain merasa sendirian ... atau saat dimana kami berpelukan dalam tangis setelah mengakhiri amanah-amanah organisasi di kampus. Yaa .. saat-saat seperti itulah, saat paling terkenang dalam hidup saya. Karena, itu tandanya kami saling memahami, saling pengertian. Bukankah batas antara benci dan cinta sangat tipis sekali? Pun ketika saya benci dengan seorang sahabat saya, karena berbeda pendapat atau apapun alasannya, saya merasakan hal itu sebagai tanda cinta saya pada mereka.

Kini, kami sudah sibuk dengan ”dunia” kami masing-masing. Apalagi kalau sudah jadi ”orangtua” di kampus, sudah bukan saatnya bisa bermanja-manja bersama sahabat-sahabat saya. Dulu, hampir tiap hari saya selalu mendapat bait-bait cinta dari sahabat saya melalu short-message-service. Sampai-sampai inbox saya tak bisa memuatnya, saking banyaknya. Pesan-pesan pendek itu selalu mampir, meski keesokan harinya kami akan bertemu. Tapi itu sangat menyenangkan, memikirkan betapa perhatiannya sahabat-sahabat saya itu. Hmmm ... Masa-masa saling memberi tausiyah, saling mengingatkan itu hampir lewat. Dan kini tergantikan dengan masa-masa saling ”merindukan”. Rindu bertemu untuk mengulang janji persahabatan sejati. Berjumpa dengan saat-saat seperti itu, kapan ya?

Apa kabar iman?
Sedang naik atau turunkah hari ini?
Apa kabar jiwa?
Sedang tenang atau goyah dan bimbangkah hari ini?
Apa kabar cinta?
Masih terlabuhkah padaNya?
Kaifa haluki ya ukhti?

Ya. Saya sangat merindui masa-masa itu. Masa dimana akan selalu ada seorang sahabat ketika hati ini terluka, ketika jiwa ini ringkih dan ketika raga ini mulai tak bertenaga. Meski hanya sekedar menyapa tanpa berjumpa wajah. Itu sudah lebih dari cukup. Sahabat yang ikut menangis saat kita terluka, ikut bahagia saat kita tertawa gembira. Sahabat yang selalu menguatkan saat kita lemah, selalu berdiri tegak di samping kita untuk memberikan semangatnya.

Ketahuilah olehmu ...
Ketika kau merasa lelah dan tak berdaya dari suatu hal yang sepertinya sia-sia,
Alloh tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih,
Alloh sudah menghitung airmata mu.
Ketika kau pikir hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja,
Alloh sedang menunggu bersama denganmu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk tetap bersamamu,
Alloh selalu berada disampingmu.
Ketika kau berpikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu harus berbuat apalagi,
Alloh punya jawab ...

Ya, pada seorang sahabat akan kau temukan kekuatan.
============================================================ ^.^

Alloh, entah sampai kapan aku masih bisa membersamai mereka.
Namun kupinta pada-Mu, sampaikan salamku pada sahabat-sahabatku.
Dan kutitipkan rindu ini pada-Mu.
Sepenuhnya ...

Teman-teman ...
KANGEN !!!
Ended 23.40 saat sepi merindu sahabat-sahabat tercinta ...



sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

Nantikanku di Rektorat ..................

17 oktober 2008
Jarum jam sih menunjukkan pukul 22.15 (tapi kayaknya tuh jam gak bener deh ..hehe)

Malem-malem gini … sambil dengerin A Love To Kill (tau gak? Kereeen banget loh .. hehe …) keinget lagi sama hal yang sama. Makanya jadi pengen nulis, daripada nganggur, ntar malah gak produktif lagi …
Sik .. sik … btw, inget sama apa yah? (ceritane, ini salah satu sudut hatiku bertanya ..)

^o^ V
Apaan tuh?

SKRIPSI …

Apa? (please, pardon me …) à Tanya lagi neeh …

S K R I P S I
Wadoooowwww !!!!!
(kenapa jawabannya genee ya? Hiks hiks ... bikin sensi aja neeh)


Hemmm … SKRIPSI ….
Jadi sadar, ternyata aku udah nambah umur .. udah waktunya “cabut” dari kampus … udah waktunya “makaryo”, udah waktunya “menguasai dunia” … hehe …
Tapi kadang-kadang nih pikiran jadi mbludregg, asli!! Cuma denger teman-teman atau adik tingkat bilang satu kata aja “skripsi” … huhhhh sensi banget neeh! Susah banget buat meng”istiqomah”kan diri nulis skripsi … meluangkan waktu buat ngetik bahan-bahan skripsi … wadoooww!!! Napa yak?
Saat lagi semangat-semangatnya, lancar banget nih kedua jari ngetik di keyboard komputer (kagak bisa kalo 12 jari seeh … jadi lambat deh .. hee ..). Nyari referensi tambahan, bolak-balik kampus-kos, kampus-kos (mampir di kantin kadang-kadang, biar tambah tenaga) … hehe ..
Tapi kalo lagi “down-down”nya … wahhh … jangan ditanya, bukannya ngelanjutin skripsi, tapi malah dolan gak karuan .. hhhfff .. bikin sebel sama diri sendiri aja neeh!
Tambah gregetan nih ama skripsi gara-gara besok pagi ada temenku juga yang mau pendadaran ... Wakkkkssss!!! Wake up, Cix!!! Mau sampai kapan terus begini?? Inget yang di rumah, Cix!!!
Banyak hal sih yang membuatku kadang-kadang gak bisa bener-bener konsen nggarap skripsi ... karena yang namanya nggarap skripsi, kudu bener-bener fokus. Susah kalo masih disambi dengan banyaknya “amanah” lain di kampus … hiks … harus selalu menguatkan diri. Hal ini pun dialami sama temen seperjuangan skripsiku di manajemen juga (yang selalu saling menyemangati aku untuk sama-sama ngerjain skripsi). Kita berdua, aku dan temenku itu, sama-sama belum bisa bener-bener fokus ke skripsi ketika masih ada banyak “amanah” di kampus. Hiks… hiks … yah … sebenarnya gak boleh sih pake embel-embel amanah, tapi mau gimana lagi … hehe .. nyata neeh.
Tapi aku sadar, aku harus bangkit, semangat lagi buat nerusin skripsi .. kalo gak pengin jadi mahasiswa abadi ... hehe … (soir lah yaw .. kagak ada dalam kamusnya seorang Ucix deh ..).
Tapi percuma aja disemangatin banyak pihak (termasuk tulisan-tulisan penyemangat di kamar kos tercinta, they said that : Ayo Cix, SKRIPSI !), tapi kalo diriku sendiri gak mau “maju-maju” … sebanyak apapun “amanah” lain yang masih menggantung, harus bisa konsen ke skripsi. HARUS!!!

So, SEMANGAT ya, Cix !!! ^o^ V

Yah, belajar dari banyak hal yang kulihat dan kualami sendiri di kampus, bahwa kadang Alloh memberikan yang terbaik di saat tak terduga, meski mungkin bukan saat ini … entah kapan ...
I’am sure that I’ll say ……… yes, I can !!!

Alloh, bantuin ucix buat skripsinya yak? Hehe .. Pleaseee …J
Moga lancar dan bisa selesai tahun ini juga … amiiiiiiiiinnnnnnnnnn …

Skripsi, aku akan berjuang !!!
Rektorat, I am comingggggg 4 wisuda … yuhuuuuuuuuuuu .........
Hoahemmm … bobo’ dulu ah …


Ended @ 22.. 45 (iki jam-e “mblandang” deh .. )

Tuhan kuatkan aku
Lindungiku dari putus asa
Jika ku harus mati
Pertemukan aku dengan-Mu



Btw, teman-teman Q .. skripsi kalian sampai mana nih ? ^_^ V