Tuesday, December 29, 2009

Perempuan, Jika Suatu Saat Harus Berbagi.

Saya mengenal perempuan itu belum begitu lama, belum genap setahun.Saya tidak perlu menceritakan dimana saya mengenalnya. Cukuplah kisahnya sedikit banyak telah menginspirasi saya membuat tulisan ini.

Namanya, sebut saja Camelia (ah saya sangat suka nama ini, sejak Ebiet G Ade mempopulerkannya di jagat musik Indonesia). Umurnya sudah 40 tahun (entah lebih berapa, tepatnya saya kurang tahu). Tetapi, di usia yang sudah menginjak kepala empat itu, wajahnya masih terlihat ayu dan parasnya berbinar. Manis, dengan kacamata hitam menghias wajahnya. Sungguh, sebelumnya saya tak menyangka wajah secantik dan semuda itu sudah berusia 40 tahunan. Perempuan itu sudah bersuami dan mengarungi hampir 15 tahun lebih hidupnya bersama sang suami tercinta. Usia suaminya berjarak beberapa tahun darinya, terlihat dari uban yang hampir menutupi kepalanya. Ya, usia pernikahannya dengan sang suami sudah sangat lama. Lama sekali, dan tanpa seorang putra sekalipun.

Saya kurang tahu apa penyebabnya, yang jelas mungkin Alloh belum mempercayakan seorang putera untuk dititipkan pada sepasang suami-isteri itu. Meskipun pada akhirnya, Mbak Camelia (saya menyebutnya demikian) dan suami mengangkat seorang anak perempuan. Namun sang suami tetaplah menginginkan seorang anak kandung, anak yang benar-benar lahir dari rahim isterinya dan itu adalah benihnya sendiri.

Hingga suatu ketika, terbongkarlah sebuah rahasia. Sang suami ternyata selama ini telah menikahi seorang perempuan lain, secara siri. Dan perempuan itu akhirnya mengandung. Mulanya Mbak Camelia tidak percaya dengan omongan ibu-ibu di tempat pengajian yang diikutinya. Mbak Camelia mengatakan dengan tegas, “Saya sangat percaya dengan suami saya.” Hingga suatu saat, entah bermula darimana, Mbak Camelia akhirnya mengetahui bahwa sang suami telah menikah lagi tanpa sepengetahuan dan seijin dirinya. Mbak Camelia terguncang, jelas. Apalagi setelah tahu bahwa perempuan itu tidak lain adalah khadimat-nya (pembantu rumah tangganya), yang artinya selama hampir setahun itu dia tak pernah tahu apa yang terjadi di dalam rumahnya. Sakit hati, sangat. Sampai-sampai keluarga besarnya menyuruhnya untuk minta cerai saja pada sang suami. Tapi dengan tegas pula, perempuan berhati mulia itu menolaknya. Mbak Camelia memilih mempertahankan rumah tangganya, dengan menerima kehadiran madu-nya yang tak lain adalah bekas khadimatnya dahulu. Berat memang, tapi perempuan itu mencoba mengikhlaskannya. Hingga akhirnya, si isteri muda melahirkan anak pertamanya, seorang bayi lelaki yang sangat mirip dengan sang ayah. Mbak Camelia dengan ikhlas ikut merawatnya.

Meskipun diakuinya, kadang merasakan sakit di dadanya. Apalagi, seperti yang saya lihat juga, si isteri muda ternyata kurang baik akhlaknya dan sangat pencemburu. Sedang sang suami, semenjak kehadiran anak lelaki dari isteri keduanya, mulai dirasakan perubahan sikapnya. Lagi-lagi, Mbak Camelia menerimanya dengan ikhlas dan mencoba tetap menjalani hari-hari seperti biasanya. Orang-orang disekitarnya hanya perlu tahu bahwa kehidupan rumah tangganya dengan sang suami dan isteri muda baik-baik saja. Bahkan terlihat rukun, ketiganya sering pergi bersama.

Hingga suatu saat, keajaiban Alloh datang. Mbak Camelia mengandung, seorang anak yang telah ditunggunya selama belasan tahun kini hadir di rahimnya. Mbak Camelia menjaga janinnya dengan baik, dengan tetap beraktivitas seperti biasa. Tetap membantu suaminya menjaga bengkel dan toko, merawat ibu mertua (yang sudah pikun), menyiapkan keperluan suami dan anak angkatnya.

Dan ujian Alloh selalu datang pada orang yang tepat. Pada usia kandungan yang sudah mencapai 8 bulan, Mbak Camelia mengalami pendarahan. Penyebabnya, Ibu Mertuanya terjatuh di kamar mandi dan kebetulan saat itu tidak ada seorangpun di rumah, hanya ada 2 orang karyawan laki-laki (kebetulan rumah dan bengkel menjadi satu). Akhirnya Mbak Camelia dengan dibantu 2 karyawannya mengangkat tubuh Ibu Mertua dan membawanya ke rumah sakit. Mungkin karena kelelahan, tiba-tiba Mbak Camelia mengalami pendarahan. Dan akhirnya harus opname di rumah sakit. Karena kandungannya sudah tua dan fisiknya agak lemah, membuat Mbak Camelia berkali-kali harus dirawat secara intensif di rumah sakit. Sang suami mengurusnya dengan dibantu sang isteri muda. Seperti yang saya lihat, sang isteri muda memperlihatkan sikap tidak sukanya. Jujur, saya kurang suka dengan sikap sang isteri muda itu, karena beberapa kali berinteraksi dengannya, saya tidak mendapatkan keramahan darinya.

Hingga puncaknya, suatu sore ketika kondisinya sudah membaik, pendarahan terulang lagi. Ssng suami membawanya ke rumah sakit. Dan akhirnya Alloh memang yang paling berhak mengambil segala sesuatu yang dititipkan pada hamba-Nya. Dengan pertimbangan banyak hal, maka dengan sangat terpaksa Dokter menyarankan untuk mengeluarkan si bayi sebulan sebelum waktunya (prematur). Dokter menyarankan untuk caesar namun Mbak Camelia menginginkan untuk melahirkan secara normal. Dan dengan kegigihan serta keyakinan, Mbak Camelia dapat melahirkan secara normal. Namun sayangnya, si bayi hanya mampu bertahan hidup selama satu jam. Karena kondisi Mbak Camelia yang lemah dan untuk menjaga sisi psikologisnya, sementara waktu Dokter menyarankan untuk tidak memberitahukan kondisi si bayi pada Mbak Camelia. Hingga akhirnya saya menjenguknya di rumah sakit, kondisinya memang masih lemah. Saya tidak berani menyinggung tentang bayinya, saya hanya menanyakan kondisinya dan mencoba membesarkan hatinya. Dan sangat tidak disangka-sangka, Mbak Camelia akhirnya menceritakan semuanya, kondisinya dan si bayi. Ternyata, keluarga sudah memberi tahu kondisi si bayi.

Saya mencoba menahan air mata yang sudah mendesak ingin keluar. Lidah saya kelu, tak tahu harus berkata apa. Hanya mampu bilang, “Sabara ya mbak ... Alloh akan menggantinya dengan yang lebih baik.”

Bayi lelaki yang sudah diimpikannya sejak belasan tahun lalu, harus direlakannya untuk diambil kembali oleh Pemiliknya.

Saya tahu, Mbak Camelia pasti shock, tetapi saya yakin perempuan itu mempunyai kesabaran lebih.

Ah ya, inilah sosok perempuan yang begitu menginspirasi saya. Yang tegar, meski diduakan oleh kekasih tercintanya. Tegar, saat semua yang dengan susah payah diusahakannya harus dikembalikan lagi pada Sang Pencipta.

Perempuan, jika suatu saat harus berbagi. Dia akan tahu, bagaimana dia harus melangkah sebagai seorang perempuan.

Dan suatu saat, jika saya dihadapkan pada sebuah pilihan, saya akan memilih apa yang memang saya inginkan. Karena saya tahu, Alloh pun memang telah memilihkannya untuk saya.


Solo, hujan deras mengguyurnya sore ini ....
_di setiap jengkal kehidupan saya sebagai perempuan, i’m proud to be a woman_

2 comments:

  1. bagaimana kabarnya mbak camelia sekarang cix??
    ini sudah 2 tahun sejak kamu mosting.... :h:

    wanita kuat...*salut*
    semoga ikhlasnya mampu mengangkatnya menjadi bidadari surga....

    ReplyDelete
  2. wah aku nggak tahu mbak ... sudah lama gak ketemu. semoga masih dengan suaminya. setahuku, beliau keukeuh untuk mempertahankan pernikahannya meskipun keluarganya memintanya bercerai. aku juga bener2 salut mbak, beliau subhanalloh ... padahal madunya begitu, aku aja suka sebel sendiri. perempuan kuat!

    amin Allohumma amin, insya Alloh si kecil menjadi salah satu jalan beliau ke surga :h:

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.