Wednesday, September 10, 2008

“Pindang Kecap”

Beberapa hari di rumah, lagi suenenggg banget masak “Pindang Kecap” hihi … gampang kok buatnya. Bahan utamanya ya jelas Ikan Pindang. Trus bumbu-bumbu biasa kayak bawang merah, bawang putih, garam, gula merah, kecap, cabai merah/ hijau, tomat, (kalo suka ya dikasih moto dikit aja) plus jahe dan air secukupnya

Cara membuatnya mudah:

Ikan dibersihkan dulu trus kalo udah digoreng biar lebih empuk waktu disayur. Kalo udah mateng, angkat dan tiriskan.

Nah, sambil nunggu, siapin bumbu tadi. Bawang merah + putih, cabai diiris tipis.

Siapkan wajan, kasih minyak dikit aja. Setelah minyak panas, masukkan irisan bawang n’ cabai tadi, goreng. Trus masukin garam secukupnya, gula merah yang udah disisir, tomat yang udah diiris kecil, jahe secukupnya. Kalo suka kasih moto dikit aja. Ups jangan lupa dikasih air secukupnya, jangan banyak-banyak ntar nggak enak. Sama kecapnya sekalian. Kalo udah cukup harum, masukkan ikan pindang yang udah digoreng tadi. Aduk-aduk biar merata bumbunya. Biar lebih cepet mateng, tutup wajannya, biarkan beberapa menit, kalo udah matang, angkat dan tuang dalam mangkok. Jadi deh, Pindang Kecap ... hemmmm ... jadi pengen lagi nih ... hihi ...

Sama juga sih kalo masak ceker ayam kecap, tapi biasanya nggak usah pake jahe. Enak lho!

Ada yang satu selera sama aku? Hehe ...

Selamat mencoba ... ^_^ V

Banci Oh Banci

10 September 2008

Beberapa hari yang lalu, saat dalam perjalanan dari Purworejo menuju kota Solo naik Supravit Merah. Kala itu saya sedang berhenti di lampu merah di Jogja (lewat dalam kota, saya kurang tahu nama jalannya, dekat SMA BOPKRI Joga). Di pinggir jalan ada dua banci (saya menyebutnya banci saja), yang satu memakai baju ala penyanyi band “Duo Maia” dan yang satunya memakai kebaya biasa lengkap dengan kerudungnya. Biasanya saya sering lihat salah satunya memang suka mangkal di lampu merah jalan itu. Saya cuma bengong aja melihatnya. Sebenarnya bukan pemandangan aneh, tapi saya geli campur kasihan aja melihatnya. Geli melihat dandanan aneh gitu, tapi kasihan melihat mereka yang belum bisa bersyukur atas pemberian Alloh. Wawallahu’alam.

Sebenarnya nggak cuma di jalan itu, di lampu merah yang lain saya kerap melihat pemandangan yang sama meski berbeda pelakunya. Kadang saya berpikir, apa mereka (yang jadi banci) bisa tenang menjalani hidupnya sebagai seorang banci? Gimana sholat mereka, pakai mukena atau cuma sarung? Hehe … yah, meskipun saya tidak bisa men-generalisir bahwa mereka semua dengan “senang hati” hidup sebagai seorang banci. Mungkin ada beberapa yang terpaksa karena nggak punya penghidupan lain selain hidup sebagai banci. Ada juga yang karena terlalu akrab dengan lingkungan banci hingga membuatnya memutuskan merubah “pemberian” Yang Di Atas. Meski ada juga yang memang merasa fitrahnya 99 % adalah wanita (1 % masih ada ke-lelaki-annya hehe ..).

Yah, terlepas dari semua alasan mereka-mereka yang mulai menjalani hidup sebagai seorang banci, sudah seharusnya lah kita sebagai seorang manusia yang beriman menyadari bahwa apa yang diberikan oleh Alloh kepada kita adalah hal terbaik, dan sudah sewajarnya kita bersyukur dengan belajar menerima diri kita apa-adanya.

Alhamdulillah, beberapa waktu yang lalu ada tayangan berita yang menyatakan bahwa KPI (Komisi Penyiaran Indonesia, kalau nggak salah singkatannya begitu) melarang penayangan sosok banci di beberapa stasiun TV. Harus diakui, hampir 2 tahun ini sosok “banci” adalah sosok “terlaris” di TV. Bagaimana tidak? Hampir seluruh stasiun TV menayangkan program yang menonjolkan sosok banci yang biasanya bersifat komedi. Bahkan ada yang menjadikannya sebagai “ikon” dunia entertainment. Sampai-sampai ada yang tadinya mau berubah menjadi lelaki sejati, kalau anda mencermati salah satu tayangan TV, sekarang malah menjadi banci seutuhnya karena tuntutan program penayangan di salah satu stasiun TV. Saya malah berasa muak melihatnya. Di lain sosok, ada yang mempunyai penghasilan hingga berjut-jut dan menjadi popular karena sosok ke-banci-annya. Hiiyyy!!! Bahkan ada yang dulunya sama sekali jauh dari image “banci”, eh sekarang malah sangat menikmati peran banci. Dunia sudah benar-benar terbalik. Coba lihat salah satu program sinetron di satu stasiun TV swasta yang ditayangkan malam hari (jam efektif belajar anak-anak) yang aktor utamanya adalah anak lelaki tapi masih balita (usianya sekitar 3-4 tahun). Penampilan anak tersebut memang sangat lucu dan menggemaskan tapi cerdas alias banyak akal. Tapi sangat disayangkan, di tayangan tersebut seringkali menampilkan anak kecil tersebut dengan dandanan wanita, mulai dengan memakai wig wanita hingga memakai kerudung. Secara tidak langsung, hal tersebut bisa saja kelak mempengaruhi psikis anak lelaki yang notabene masih sangat kecil untuk menjadi ”seorang banci”. Anak sekecil itu saja sudah ”dilatih” menjadi seorang banci, tidak bisa dibayangkan bagaimana jadinya saat ia dewasa? Akankah hal itu terbawa hingga dewasa nanti?

Saya sih setuju banget kalau KPI melarang penayangan sosok banci. Karena harus diakui, efek sosok banci di TV bisa sangat mempengaruhi penonton TV. Apalagi anak-anak kecil yang notabene bisa sangat mudah meniru apa yang mereka lihat. Masih ingat demam sekaligus tragedi ”Smackdown” yang menimpa anak-anak SD hingga menyebabkan kematian? Tragis sekali bukan?! Jangan sampai terulang lagi kejadian serupa dimana anak-anak kecil (lelaki) harus menjadi ”korban” dari tayangan TV yang tidak mendidik seperti ”penonjolan sosok banci”. Bisa dibayangkan jika kemudian jumlah lelaki yang berubah menjadi banci atau bertingkah kebanci-bancian bertambah dari hari ke hari. Karena kita bukan negara ”banci” !

Fitrahnya anak kecil itu memang suka meniru apa yang mereka lihat, apalagi jika menurut mereka itu dianggap menyenangkan. Apalagi program TV yang menayangkan sosok banci adalah saat jam-jam anak bisa menonton TV dengan leluasa. Penonjolan sosok banci yang lucu dianggap sangat menarik bagi anak-anak sehingga dengan mudah mereka ”mengaplikasikan” dalam kehidupan sehari-harinya seperti kala bermain dengan teman-temannya. Hal ini sangat mengkhawatirkan, karena bisa saja hal tersebut akan terus terbawa dalam masa tumbuh-kembang mereka kelak. Secara psikis akan mempengaruhi tingkah laku mereka saat dewasa nanti karena saat masih kecil sudah mulai terbentuk frame berpikir tentang sosok banci.

Oleh karena itu, alangkah lebih baik jika penonjolan sosok banci tidak terlalu berlebih-lebihan (lebih baik lagi dihapus saja) dan diganti dengan tayangan yang lebih mendidik. Karena penayangan program-program TV yang menonjolkan sosok ke-banci-banci-an, menurut saya, adalah program yang sangat tidak mendidik. Bagaimana bangsa ini bisa sukses atau maju jika tayangan-tayangannya adalah semacam itu? Apalagi terkhusus untuk para ”lakon-lakon” banci, apakah tidak berpikir bahwa tingkah yang kebanci-banci-an bisa menimbulkan efek yang kurang baik terhadap penonton (khususnya anak-anak kecil)?

Yang lebih penting adalah bahwa seharusnya kita bisa bersyukur dan menerima fitrah kita, baik sebagai seorang lelaki ataupun wanita. Lelaki adalah lelaki, dan wanita adalah wanita. Alloh telah menciptakan sedemikian rupa, maka kita harus menjaganya dengan tidak merubah ”sesuatu” yang memang seharusnya tak boleh dirubah. Wawallahu’alam bishowab.


Surat Pembaca buat Ikhwah Pengantar Dzakiya

Bisa-bisa mati kehausan nih …”

Niat jualan nggak sich?”

Mending pindah ke tampat lain deh ...”

Entah untuk yang ke berapa kalinya, saya mendengar banyak sekali keluhan tentang pelayanan Dzakiya di NH. Termasuk saya pribadi pun juga mengeluhkan hal yang sama.

Saya udah mulai berlangganan air minum galon Dzakiya sejak pertama kali masuk kampus sekitar tahun 2004 pertengahan. Kebetulan pesennya di masjid NH (UNS), yang menyediakan jasa air minum Dzakiya. Dan jujur ya, saya amat sangat cocok banget dengan rasa air minum yang satu ini. Enak bener! Dibandingkan dengan beberapa air minum yang lain, yang bagi saya kadang ada yang berasa pahit, berbau “something”, de el el. Dzakiya pas di lidah deh… hehe…

Kalau dihitung-hitung, berarti udah hampir 4 tahun lebih saya berlangganan Dzakiya. Awalnya sih seneng-seneng aja dengan pelayanannya. Tapi lama-kelamaan, males banget buat pesen Dzakiya. Bagi saya, juga beberapa teman-teman yang lain yang berlangganan air minum serupa, pelayanannya kian lama kian jelek aja. Bikin lari pelanggan. Bahkan beberapa teman dan kakak tingkat saya di FE dulu juga pindah ke air minum galon merk yang lain karena pelayanan si pengantar air yang kian lama kian nggak memuaskan. Tapi nggak tahu juga ya, meski pelayanannya menuai banyak keluhan, tetap aja saya setia sama air minum yang satu ini. Mencoba masih bisa sabar …

Bayangin aja, pesen hari Senin, baru diantar 4-5 hari setelahnya, itupun harus diingetin lebih dulu. Air minum udah bener-bener habis, air-nya nggak datang-datang. “Pembunuhan” perlahan-lahan nih … glekkk!!! Sampai-sampai, beberapa hari yang lalu, salah satu temen saya yang kebetulan udah pesen air galon tadi tapi nggak diantar-antar hingga hampir 4 hari “mengancam” ikhwan pengantar air Dzakiya NH (kebetulan temen juga sih). Kurang lebih gini katanya, “kalau sampai jam 5 sore nanti, airnya nggak dianter tolong bawakan 2 es buah. Dan kalau sampai nanti malam nggak dianter juga, tambahan 2 mangkuk bakso.” Hehehe … Rupanya “ancaman” temen saya tadi ampuh! Beberapa menit kemudian airnya langsung dianter oleh salah satu takmir NH. Please deh akhi, masa harus pakai ancaman kayak gitu, baru dianter???

Di episode yang lain, sewaktu kost saya masih di Ngoresan, ada kejadian lebih menggelikan lagi (menggelikan ato menyebalkan ya??). Saya dan temen kost, pesan 2 galon Dzakiya ke NH, namun hingga hampir 2-3 hari nggak dianter-anter. Setelah diingetin, baru dianterin siangnya. Eh, tiba-tiba sore harinya 2 ikhwan NH datang lagi mengantarkan 2 galon Dzakiya!!! Hiekkk!!! Siapa yang pesan coba?? Udah gitu, si ikhwan-nya pake nada bicara dan pasang muka agak cemberut lagi (mungkin karena harus membawa pulang lagi 2 galon yang cukup berat tadi, hihi … siapa suruh coba?), bikin kita nggak enak hati dan merasa kasihan. Akhirnya dengan “senang hati” 2 galon yang diantar tadi kita beli deh … Kasihan kalo musti dibawa pulang lagi. Lagian pengantar-pengantar air tadi juga salah sih, emangnya nggak ada koordinasi di pengelola sendiri? Gini nih, kalau menganggap enteng masalah pelayanan pelanggan. Ck … ck… Pas pesen, berhari-hari nggak dianter. Eh, nggak pesen, malah diantar 2 kali. Fiuuhhh …

Itu hanya beberapa kisah tentang pelayanan air galon. Maaf sebelumnya, disini saya nggak mengeluhkan masalah Dzakiya-nya (bagi saya produsen Dzakiya is the best lah hehe), tetapi masalah pengantar airnya yang kebetulan orang-orang (takmir) NH.

Yah, saya rasa pelayanan juga adalah hal yang sangat penting dalam memberikan kepuasan pelanggan. Coba deh, lihat di buku-buku Manajemen Pemasaran. Justru bila dibandingkan dengan target volume penjualan, pelayanan jauh lebih penting! Kalau masalah pelayanan saja dianggap enteng alias nggak penting, bagaimana konsumen bisa tetap ”loyal” dengan produk??? Mustahil bin ajaib deh ...

Kalaupun pengantar (penyedia jasa) tadi beralasan bahwa stok air habis, apakah tidak bisa dengan memberitahukan ke pelanggan, sehingga saya dan pelanggan-pelanggan lain tidak terdzalimi, terkatung-katung menunggu air datang, entah untuk waktu yang berapa lama ... Menyedihkan sekaleee ... hiks hiks ... Apa sih susahnya SMS or langsung datang ke tempat pelanggan, secara jaman sudah lebih canggih. Ya nggak?!

Apalagi yang sangat disayangkan, penyedia jasa air minum tersebut adalah ikhwah, yang notabene adalah ”pelayan umat”. Jadi saya pikir, mereka sudah terbiasa melayani orang, ya tho? Tapi kok kenyataannya ... Mestinya mereka juga tahu bagaimana ”melayani” pelanggan dengan baik. Katanya pelanggan adalah ”raja” ? jangan sampai mendzalimi pelanggan lebih besar, karena membiarkan pelanggan dalam ”ketidakpastian” menanti produk. Itu kesalahan fatal, menurut saya. Kasihan kan, apalagi konsumen udah bener-bener kehabisan air ... mau minum apa? Minum dari bak mandi? Maaf, mungkin terlalu ekstrim. Tapi ini kenyataan. Harus ada perubahan! Now or Never!

Begitu banyak keluhan yang datang, apakah kemudian hanya sekedar numpang lewat saja? Nggak adakah solusi dari keluhan-keluhan pelanggan tadi? Bahkan seolah-olah saya lihat, kok pelayanannya makin buruk saja merski sudah ”diperingatkan” beberapa pelanggannya.

So, ada baiknya kita berbenah diri. Pelajaran buat kita semua. Jangan sampai ketika kita mempunyai usaha penyedia jasa (apapun), kita malah merugikan/ mendzalimi pelanggan kita atas pelayanan yang diberikan. Jangan sampai terbentuk image buruk bagi usaha kita hanya karena hal-hal seperti tadi. Sayang sekali. Bisa-bisa semua pelanggan kita lari.

Dan dengan berat hati, akhirnya mulai kemarin saya memutuskan untuk pindah langganan ke tempat penyedia jasa yang lain. Kebetulan kemarin malam nggak sengaja ketemu bapak-bapak pengantar air Dzakiya dan langsung deh saya pesen. Alhamdulillah langsung diantar malam itu juga, disaat saya benar-benar membutuhkan air minum utnuk menghilangkan dahaga saya dan mengembalikan cairan tubuh. Hehe ...

Meskipun ada yang bilang ”Mbok jangan pindah ke yang lain, kan ikut memakmurkan usaha ikhwah juga tho?”. Bikin saya ketawa aja. Saya akan dengan senang hati ikut memakmurkan usaha ikhwah dengan menjadi salah satu pelanggannya, dengan catatan : pelayanan terhadap konsumen adalah yang paling utama!

Apapun itu, semoga kedepannya bisa menjadi lebih baik. Mari belajar dari pengalaman di sekitar kita. Sehingga membuat kita tambah berkualitas. OkaY!

Buat para ”pengantar air di NH”, afwan jiddan saya nggak bermaksud menjelek-jelekkan, tapi insya Alloh ini adalah demi kebaikan bersama, keberlangsungan usaha ikhwah. Semoga bisa lebih baik! Amien.

Dzakiya is the best deh!!! (hehe ... tendensius neeh ..)

Butuh seumur hidup untuk melupakan bayangannya ...

Mbak, aku sudah berusaha menghapus bayangannya dari hidupku, tapi kenapa harapan itu masih selalu ada? Karena dia pernah begitu berarti bagiku mbak ...”

Begitu salah satu adik tingkatku mencurahkan kegalauan hatinya padaku tentang seorang lelaki bernama ikhwan ...

Hemmm ... lagi-lagi masalah ikhwan (apa bakwan? Ups ... maaf)

Kata bijak, hanya diperlukan waktu semenit untuk menaksir seseorang, sejam untuk menyukai seseorang dan sehari untuk mencintai seseorang tetapi diperlukan waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang.

Bener kan?

Memang butuh waktu yang sangat lama untuk bisa melupakan seseorang yang pernah hadir dalam kehidupan kita, apalagi pernah mendapat tempat spesial di hati kita ... deuuu ... rasa-rasanya nggak pengin ngelupain, ya kan?

Tapi pernah berpikir nggak sih, mungkin saja seseorang itu sudah melupakan kita? Lalu buat apa mengingat-ngingatnya dalam benak kita? Apa pantas kita bersedih hanya untuk orang itu?

Ada teman yang pernah bilang, kalo pengin melupakannya, cari saja kejelekan orang itu. Hehe ... ekstrim? Menurutku wajar-wajar saja, justru mungkin ketika kita tahu kekurangan orang itu, bisa sedikit merubah perasaan kita padanya, memupus rasa yang seharusnya nggak pernah ada. Bukan bermaksud untuk menjelek2kan orang itu kalee!

Memang butuh waktu lama, tapi yakinlah Alloh kan beri kelapangan hati kita jika kita memang berniat untuk itu. Bukankah tujuan kita mencari keridhoan Alloh..?

Yakin deh, mungkin memang bukan saat ini waktu yang tepat bagi kita untuk bertemu dengan seseorang yang tepat. Tapi suatu saat, akan ada seseorang yang akan pantas kita cintai hanya karena Alloh ...

Jalani apa yang sekarang ada di hadapan kita. Karena Alloh pasti akan selalu berikan yang terbaik untuk kita, meski kadang terasa pahit dan getir di hati. Tapi sesungguhnya itulah anugerah indah yang telah Alloh berikan pada kita. So, ngapain musti mikirin orang yang belum tentu juga mikirin kita???

Karena yang seharusnya selalu ada dalam pikiran dan hati kita adalah Alloh ...

Ya Rabbana, jika aku jatuh hati,

jagalah hatiku padanya agar tidak

berpaling pada hati-Mu ...


Boleh nggak aku suka sama dia?

“mbak, boleh nggak sih suka sama seseorang?” Begitu seorang adik tingkat-ku bertanya padaku. Kujawab aja, “boleh kok.. ”

Sudah menjadi fitrah bahwa seorang manusia bisa menyukai orang lain. Apalagi sama lawan jenis. Normal en nggak dilarang. Yang dilarang malah kalo kita sama sesame jenis, hombreng ??? hiyyy … na’udzubillah …

Hanya saja ketika kita suka sama seseorang itu, kita juga gak bisa maksain perasaan yang sama darinya. Belum tentu kan dia menyukai kita juga. So, kita harus bisa ber-legowo menerima kenyataan kalo memang ”cinta bertepuk sebelah tangan” hehe ... karena itu hak tiap orang untuk bisa suka sama orang lain atau sebaliknya.

Tenang aja, jodoh nggak bakal ketuker ..hehe ... kalopun dia adalah jodoh kita kelak, maka dia akan datang di saat yang tepat. Saat yang tepat untuk sebuah rasa cinta yang tepat karena cinta itu hadir di jalan Alloh dan tumbuh karena Alloh. Segala sesuatu akan terasa indah pada waktunya bukan?? Hee ...

Lagipula kalopun emang kita suka ama seseorang, mau ngapain? Mau nembak? Kalau emang sudah siap, silahkan tembak saja! Tapi siap menembak, siap ditolak juga kan? Yaaa ... yang namanya menyukai seseorang kan ada dua kemungkinan, diterima or ditolak! So, kita juga musti siap kan kalau memang pada akhirnya cinta bertepuk sebelah tangan. Hiks ..hiks... nggak papa hilang 1 tumbuh 1000 ...hehe ...

Tapi haruskah rasa suka itu mengalahkan rasa cinta kita kepada-Nya? Oh, NO!!!

Seharusnya kita bisa menempatkan rasa cinta kita kepada Alloh di atas segalanya, karena yakinlah suatu saat kita akan mendapat yang lebih dari-Nya. Yakin deh, cinta kepada Alloh nggak bakalan bertepuk sebelah tangan ... nggak percaya? Coba aja!

Once more, pantaskah kita bersedih untuk seorang makhluk lemah seperti manusia? Karenanya, jangan pernah menggantungkan harapan pada seorang manusia sedangkan manusia itu sendiri adalah selemah-lemahnya makhluk.

Alloh lah tempat kita menancapkan hati, tempat kita memuja cinta, tempat kita menuai rasa ... dan kepada-Nya lah kita berserah diri.

Ya Allah, jika Kau halalkan aku merindui kekasih-Mu, jangan biarkan aku melampaui batas sehingga melupakan aku pada cinta hakiki dan rindu abadi hanya kepada-Mu...

Duhai, betapa berharganya seseorang bernama …..

Duhai, betapa berharganya seseorang bernama …..


Post in karima-alfathiyya.blogspot.com - Ahad, 7 September 2008 ; 16.35 wib

Nggak tahu kenapa tiba-tiba inget aja. Ui .. ui .. ui … Entah untuk yang keberapa kalinya aku jadi inget betapa berharganya kehadiran orang itu bagiku.

Apa aku jatuh cinta lagi ya? Hehe ...

Merasakan kelembutannya, merasakan kasih sayangnya, merasakan kecintaannya padaku … yang kadang mungkin hanya bisa dibahasakan lewat tatapan kedua bola matanya yang bagiku teramat indah.

Cinta yang mungkin tak pernah disadari olehku … yang mungkin baginya tak hendak mengharap balasan yang sama. Cinta yang hadir lewat perhatian, lewat kata-kata, lewat doa yang diuntai di setiap munajat panjangnya …

Subhanalloh! Mungkin aku nggak akan pernah menemukan cinta yang sebesar itu di tempat lain, di hati yang lain selain dia …

Aku jadi lebih merasakan pengorbanan sosoknya kala menjalani tugas yang hampir hampir mirip dengan posisinya.

Seingetku kalo nggak salah sih, waktu itu akhir Mei 2008, ada acara yang melibatkan banyak ummahat (ibu-ibu) di sekitar Solo selama kurang lebih 2 hari (Sabtu-Ahad). Dan tentu saja membutuhkan banyak hadonah (semacam pengasuh anak) untuk ikut menjaga putra-putri ummahat yang ikut acara tadi.

Karena kebetulan aku sudah pernah ikut acara itu sebelumnya, so aku kebagian tugas ikut membantu panitia buat jagain baby-baby nya ummahat yang dititipkan ke panitia. Ohya sedikit pemberitahuan aja, kenapa ummahat-nya pada nitipin anak-anaknya ke panitia, coz selama acara nggak mungkin membawa serta anak-anak, ntar malah bikin crowded acaranya hehe …

Hari pertama.

Datang ke sebuah TK (kebetulan tempat penitipannya di sebuah TK, dan ndilalah juga TK-nya libur) … ee .. udah ada beberapa 2-3 temen akhwat yang ikut jadi hadonah juga disana. Sebelumnya masih antarjemput ummi-ummi buat nitipin anaknya ke situ (coz tempat acara dengan tempat penitipan cukup jauh so musti antar jemput). Udah selesai gitu, wah … kelihatannya cukup sepi nih, hanya sekitar 2-3 anak-anak yang dititipkan. Tapi lama-kelamaan ternyata para ummahat yang mau nitipin anaknya semakin buanyakkk. Bayangin aja, yang jadi hadonah pagi itu baru ada sekitar 3 orang (termasuk aku), katanya sih yang lain pada belum dating n’ ada juga yang gak bisa ikut mbantuin. Padahal baby-baby nya yang datang udah ada sekitar 5-6 anak. Glekkk!!! Udah gitu nambah lagi, sliwar-sliwer satu persatu ummahat dianterin panitia buat nitipin anaknya ke sini. Sampe-sampe ada ummahat yang kayaknya kurang percaya “dek, ini yang njagain anaknya cuma segini orangnya?”. Woalah … ya nggak lah bu, “insya Alloh ntar ada yang nyusul, Bu”. Hehe … pede banget ada yang nyusul, gak papa coz kata panitia emang bakal ada yang nyusul lagi (tapi gak tau kapan hehe).

Hadonah-hadonah yang pagi itu cuma 2-3 orang akhwat mang lumayan kalang kabut karena jumlah yang diasuh lebih banyak daripada yang diasuh … bahkan aku sampai dipeseni (dipercayai) 3 ummahat buat njaga anaknya. Ya, otomatis aku langsung mengiyakan (duh … pe-de nya hehe). Mungkin karena emang hadonahnya cuma dikit.

Setiap anak yang dititipkan udah membawa (eh dibawain ding!) perlengkapan masing-masing, mulai dari popok/ pampers, termos air anget, susu, jajanan/ camilan, mainan (truk-truk an, mobil, boneka, de es be), baju ganti, kain buat nggendong, dan buanyakkk lagi. Bahkan beberapa ummahat ngasih catatan kecil di kertas, isinya tentang jam-jam kegiatan si bocah, misal jam 11.00 bangun n’ minum susu, jam 12.00 makan siang, jam 13.00 bobok, jam 14.00 main de el el ... hehe segitu teraturnya ada-ada aja. Kebetulan anak-anak yang dititipkan itu umurnya balita, 2-3 tahun lah, tapi ada juga yang 2 bulan. Udah bisa bayangin kan betapa crowded-nya pagi itu?? Fiuhhhh....

Nah, biar anak-anak itu gak ketuker-tuker, tiap anak dikasih kartu nama yang dicantolin di bajunya sam di tas perlengkapannya biar mudah nyari kalo butuh susu or popok. Tiap hadonah udah megang 1 anak, ada yang nangis nggak mau ditinggal ummi-nya sampe harus diumpetin n’ dibo’ongi segala hehe, ada yang mainan nggak berhenti-henti... tapi ada juga yang dieemmm aja, cool banget, anteng pokoke! Ini sih menyenangkan hehe... sampe-sampe ada 1 orang harus njagain 3 anak, eh udah gitu pas yang satunya nangis, yang lainnya juga ikut nangis ... glekk!! Paduan suara baru neehh. Bener-bener deh capek lahir batin, naik turun tangga demi ngikutin kemauan si bocah biar kagak nangis, ngganti popok, bikin susu.

Semakin siang emang ada beberapa teman yang datang mbantuin tapi tetep aja ada yang gantian pulang juga. Senengnya sih, di sana aku dan temen-temen sambil guyon-guyon, lihat tingkah anak-anak bayi yang terlalu banyak tingkah (hehe) dan bikin capek. Capek tapi juga seneng. Apalagi kalau udah sama 1 hadonah, tiap anak susah untuk pindah ke hadonah lain ... tatuuuut ... hihi...

Enak banget kalo pas lagi pada bobok, antenga, kita-kita bisa istirahat. Tapi sekalinya ada yang bangun n’ nangis kencenggg ... woaaaaa!!!! Langsung deh yang lain ikutan bangun n’ nangis juga... nih baby-baby kompak banget sich ... bikin geger aja!

Pokoknya seharian itu mulai dari jam 8 hingga jam 3 sore ngurusin anak orang, bener-bener capek ... bayangin, 10-13 anak-anak balita ... kebetulan waktu itu aku njagain bayi umurnya masih 2 bulan (wuihhh ...), meski sebelumnya aku n’ temen2 juga pada gantian mengasuh. Eh, tahu nggak? Bayinya itu kan lagi enak-enaknya tidur, tiba-tiba bangun n’ nangis, ya udah ku gendong aja. Begitu diem, mau kutaruh di tempatnya eh anaknya nangis lagi.. kayak mau bilang ”kakak, aku maunya digendong aja...hehe” glekk!!! Berulang kali kayak gitu, tiap mau kutidurkan di tempatnya, dia nangis lagi ... secara baru umur 2 bulan ... weks! Ya udah akhirnya kugendong kemanapun ku melangkahkan kaki, cieee ... tangan si udah pegel banget ... tapi dari pada nangis lagi ... apalagi tuh anak masih 2 bulan n’ bener2 masih minum ASI (gak dikasih susu botolan sama sekali) hebat!

Setelah jam 3 sore-an gitu, para ummahat menjemput anaknya sambil nanyain gimana anaknya, rewel apa nggak? Hehe .. mau jawaban jujur nggak nih, bu? Meski rewel, tapi jujur aku n’ temen2 cukup seneng, lihat tingkahnya yang lucu-lucu n’ sekalian latihan jadi ummahat kelak. Hehe .. maunya ..

Alhamdulillah deh hari pertama telah terlewati, meski ada beberapa barang yang ketuker, kayak kain gendongan bayi ... hiks ... malu nih sama ummahatnya plus gak enak hati. Tapi ya udahlah, ntar coba dicarikan.

Hari kedua.

Surprise!!! Anak-anaknya tambah dikit hehe ... Kok? Cuma sekitar ada 5-7 anak yang dititipkan. Sesuai pengalaman hari pertama, siap siaga! Sambil njagain mereka, aku n’ temen2 guyonan ”kok anak yang dititipkan tambah sedikit ya?”, yang lain menyahut, ”mungkin dititipkan ke abi-nya, kan ini hari ahad jadi abi-nya libur kali”... ada yang berseloroh,”betul itu, mungkin lebih percaya n’ lebih aman kali kalo dititipkan ke bapak-nya hehe ... lihat pengalaman hari pertama gitu” he2 bisa saja.

Tapi meski sedikit, tetep aja capek karena hadonah-nya juga berkurang. Sama aja kan. Tapi gak apa-apa lah, dibawa hepi aja. Lagian juga gak se-crowde hari pertama.

Sekitar jam 3 sorean acara udah selesai (hari kedua itu acaranya outbond, hehe, ummahat-ummahat sekali-kali ikutan outbond, mengenang jaman kampus dulu ...). Para bayi udah siap diserahterimakan, ada yang udah dimandiin, udah pada bersih. Sampe-sampe ada ummahat yang bilang, ”wah kalau tiap hari gini (gak ngasuh anak, maksudnya) seneng banget, meski ikut outbond” ... dan kita cuma ketawa-ketiwi. Maunya ummi nih ...

Segitu beratnya ya ngasuh bayi ...

Fiuuuhhhh ... Nggak ngebayangin, gimana dengan ibuku di rumah. Pasti repot banget ya? Musti ngurus keluarga. Suami dan anak. Masih harus masak, ngepel, nyuci, jagain dedek... hiks hiks ..

=====================================

MOMMY ....!!!!

Aku nggak bisa ngomong apa-apa lagi. Terlalu banyak pengorbanan beliau hingga aku bisa sebesar ini. Kebayang nggak sih, se-crowded itu dunia Ibu ...

Mungkin terlalu banyak kesusahan yang kubuat hingga membuat ibu sedih. Aku tahu betapa banyak derai air mata di tiap shalatmu, hanya sekedar menguntai doa untuk keluarganya, untuk anakmu ini. Maafkan aku ibu, jika belum bisa berbakti sepenuhnya padamu ...

Ah .. Ibu, kapan aku bisa membalas semua cintamu? Dengan apa aku membalasnya? Mungkin takkan pernah bisa ...

Hanya berharap semoga Alloh memberikan segala yang terbaik untukmu dan semoga Alloh mengampun segala dosamu, mempertemukan dan mengumpulkan aku dan engkau kelak di surga-Nya. Amiiiiinnnnnn.

Alloh, kabulkanlah doaku ini ...