Friday, May 11, 2012

R.I.P



Terpikir untuk menuliskan sesuatu yang cukup mengganggu dan sudah terpendam cukup lama ini. Sedikit saja, karena mungkin saya bukan pakarnya untuk menuliskannya secara detail dan penuh dengan dalil yang runtut. Maaf, ilmu saya masih rendah :) dan saya masih dalam taraf belajar.

Honestly, saya merasa sangat miris dengan apa yang mulai banyak bermunculan di dunia maya ini. Semenjak adanya jejaring sosial, makin banyak sesuatu yang makin terasa samara dan meragukan. Sesuatu yang menurut saya pribadi adalah sesuatu yang sangat prinsipil tetapi sekarang seolah menjadi sebuah PERMAKLUMAN luar biasa.
Salah satunya adalah tentang ucapan bela sungkawa terhadap orang yang meninggal. Di jejaring bernama Facebook dan Twitter (waktu saya masih punya, dulu) banyak bermunculan ucapan belasungkawa berupa Rest in Peace atau yang biasa disingkat dengan R.I.P, yang kalau dalam bahasa kita bisa diartikan sebagai “beristirahat dengan tenang”.

Kata-kata “beristirahat dengan tenang” ini, dulu (bahkan hingga sampai saat ini) masih banyak dijumpai di koran atau surat kabar di kolom-kolom pengumuman tentang “kematian”. Tidak ada yang salah dengan kolom-kolom kematian itu, tapi yang sangat membuat saya risih ketika harus membaca kalimat itu dalam update status beberapa teman saya (dan beberapa public figure yang saya ketahui sebagai seorang muslim) yang notabene adalah MUSLIM. Ya, saya miris. Saya sedang tidak menyalahkan ucapan R.I.P tersebut karena ucapan itu adalah ucapan versi bela sungkawa ala umat non-muslim. Yang membuat saya miris adalah hal tersebut mulai menjadi sebuah KEBIASAAN dan PERMAKLUMAN ketika ada orang yang meninggal (khususnya kalau yang meninggal adalah non-muslim) dan kita sebagai muslim justru mengingatnya sebagai ucapan belasungkawa yang paling FAMILIAR.
R.I.P bukan bagian dari ajaran Islam, itu yang saya ketahui dan pahami sejauh ini. Tapi kenapa sekarang banyak umat Muslim justru “menghalalkannya” …? Menjadikannya sesuatu yang harus diucapkan ketika mendengar musibah kematian orang-orang disekitar kita (baik muslim maupun non-muslim). Secara tidak langsung, ketika kita mengucapkan R.I.P untuk mereka (khususnya untuk umat non-muslim) maka seolah-olah kita juga mendoakannya. Sedangkan Islam mengajarkan bahwa tidak dibolehkan bagi seorang muslim untuk memohonkan ampunan atau mendoakan orang kafir yang sudah meninggal dunia. Allohua’lam.

Alasan “ini kan cuma ucapan belasungkawa aja …”, menurut saya bukan alasan yang tepat. Kalau saya tidak salah, dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Ibnu Umar bahwa Rasulullah saw bersabda, ”Barangsiapa meniru-niru suatu kaum maka dia termasuk dari mereka.” (HR. Abu Daud). Kenapakah kita harus meniru ucapan mereka hingga tidak sadar perlahan menjadikannya sebagai sebuah kebiasaan? Ada ucapan yang lebih baik, yang telah diajarkan dalam agama kita yakni INNALILLAHI WA INNAILAIHI RAJI’UN (sesungguhnya kita ini semuanya adalah milik Allah dan kepadanya nanti kita akan kembali) meskipun ucapan tersebut bukan hanya untuk kematian saja tetapi untuk semua musibah yang menimpa kita.
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar. (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun". (QS. Al Baqoroh : 155 – 156)

Seorang muslim harus memiliki identitas independen sebagai seorang muslim yang bangga dengan KEISLAMANNYA. Islam mengajari kita untuk tidak ikut hanyut oleh gemerlap dan tipuan milik pengikut agama lain, karena bila tidak maka kita akan semakin terseret dalam lingkaran syubhat bahkan kemudian membuat kita mendekati bid’ah.

Kita sebagai umat Muslim diperbolehkan (bahkan harus) tetap menjalin hubungan baik dengan umat agama lain tetapi dengan tetap berpegang teguh pada ajaran kita, tidak kemudian melebur bersama mereka dengan mengikuti apa kebiasaan (apalagi jika itu adalah bagian dari ritual ibadah) dalam agama mereka. Karena kita adalah MUSLIM yang harus tetap bisa membedakan apa itu halal, haram, dan syubhat dengan mengembalikannya pada Alquran dan Sunnah.

Saya sangat berharap bahwa kita mulai lebih berhati-hati ketika ingin ”menerapkan” sesuatu khususnya hal-hal yang prinsipil dan menyangkut akidah. Karena menurut saya, akidah adalah sesuatu yang MUTLAK seperti yang telah dituliskan dalam Alquran dan sebagaimana yang digariskan dalam Sunnah.
Tidak ada tawar-menawar dalam akidah.




Allohua’lam bishowab, saya hanya manusia biasa yang belumlah banyak ilmunya. Silahkan jika ingin berpendapat (dengan sopan).

Salam,

---ucixholic---

nb: gambar adalah album pribadi

6 comments:

  1. Waduh! baru tau ane kalo banyak muslim yang pake RIP untuk gantiin kalimah yang maknanya luar biasa luar dalem kayak "inna li Allahi wa inna ilaihi raaji'un" ini. (alhamdulillah di FB saya belum dan berharap gakkan pernah nemuin muslim yang nulis gitu. [pasti kugampar tuh, hehehe])

    Dan memang, PERMAKLUMAM <-- senjata ampuh "mereka" untuk mengikis kebenaran Islam dari dalam sedikit demi sedikit. >.<"

    ReplyDelete
    Replies
    1. masak baru tahu sih Om? skg mah udah bertebaran dimana2 Om, jadi kayak sebuah kebiasaan :(
      pas kemarin Simoncelli mati juga, temen2ku (waktu masih maeinan FB ama twitter) yang muslim pada update status semua "RIP Simoncelli"
      dan saya masih belum bisa SREG dengan hal seperti itu Om.

      Delete
  2. temen sy jg kayanya jarang deh cix.. paling temen2 yg emang ga paham...

    ReplyDelete
    Replies
    1. ya Allohua'lam juga mba, tapi itu kenyataannya ... di forum2 juga mulai banyak :(

      Delete
  3. mmm jarang liat sih yang bgtu... tapi boleh juga nih tulisan di share klo ada temen muslim yg menggunakan kata tsb. :D

    iya masalah prinsip bukanlah main2 :) nice!!

    ReplyDelete
    Replies
    1. betul, prinsip is prinsip ... not for joke or just empathy :D

      Delete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.