Thursday, August 7, 2008

BINAR MATA SANDRA (Episode 1)

catatan :
ehm ... ini cerpen-Q yang pernah dapet juara 1 lomba nulis cerpen SKI FSSR (meski gak nyangka bisa dapet juara 1) hehe ....
monggo ... kalo ada kritik buat nih cerpen ... hihi

BINAR MATA SANDRA
* Karima Al Fathiyya


Dodi mengendarai Shogun-nya menuju ke SD Firdaus. Ketika sampai di belokan Sahid Raya Hotel, Dodi tidak tahu kalau dari arah depan ada truk melaju dengan kecepatan tinggi. Dodi terlambat menyadari. Dan tabrakan pun tak terhindarkan lagi. Dodi terlempar ke luar jalan dan tubuhnya membentur pohon di tepi jalan. Sedang tubuh Bayu menghantam jalanan beraspal dan langsung tak sadarkan diri.
Di Ruang ICU…
Bayu masih tak sadarkan diri. Tubuhnya penuh luka dan dia membutuhkan banyak sekali darah. Sementara Dodi sudah dipindahkan ke ruang rawat biasa. Tangan kirinya harus dibalut dengan gibs karena mengalami patah tulang.
Di luar hujan deras mengguyur bumi Surakarta.
***

“Astaghfirullahal’adzim …” desisnya.
Sandra terbangun.
Mimpi…
Tubuhnya basah oleh keringat. Rupanya Sandra bermimpi buruk.
Kenapa aku bermimpi tentang ... kematian?
Sandra menoleh ke arah jam dinding. Jarum jam menunjukkan pukul 03.23 WIB. Hampir subuh. Sandra beranjak dari tempat tidurnya dan mengambil air wudhu.
Ketika menyelesaikan witir-nya, tiba-tiba handphone-nya berdering. Diraihnya benda mungil berwarna biru itu. Ada SMS.
Send :
17 Mei 2006
03 : 48 :42
Innalillahiwainnailaihiraji’un…Segala sesuatu sudah digariskan oleh Allah. Saudara kita, Bayu Widyatmoko dan Dodi Hendrawan sekarang dirawat di ruang ICU rumah sakit, kecelakaan tadi siang. Mohon doa untuk kesembuhan keduanya.
Sender :
Ketum LKI
+628131852xxxx
Sandra seakan tak percaya. Tak lama kemudian Sandra pun larut dalam doa panjangnya hingga subuh menjelang.
***

Di ruang sekretariat LKI, Sandra sedang menemani Indy rapat bidang.
“Trus gimana ukh?” tanya seorang ikhwan dari balik hijab.
Tiba-tiba kepala Sandra terasa sangat sakit dan mukanya terlihat pucat.
Ya Rabb … jangan sekarang … Kumohon …
”Sandra, kamu nggak apa-apa? Mukamu terlihat pucat. Kamu sakit?” tanya Indy setengah berbisik.
Sandra mencoba tersenyum.
”Nggak apa-apa kok. I’am fine.” ucapnya seraya menahan rasa sakit di kepalanya.
Indy tak percaya. Dia merasa ada sesuatu yang disembunyikan Sandra darinya.
”Ukhti? Gimana?”
Indy gelagapan. Dia ingat tadi pertanyaan dari ikhwan belum dijawabnya.
Mendekati hari pelaksanaan rangkaian lomba untuk anak-anak, Dodi sebagai ketua panitia mengalami kecelakaan dan terluka parah. Begitu mengetahui Dodi masuk rumah sakit, bidang Layanan Umat -yang mempunyai program kerja atau acara tersebut- segera mengadakan rapat darurat untuk membahas masalah ini. Dan akhirnya diputuskan, acara tetap berjalan dan akan dihandel langsung oleh Iman, ketua bidang Layanan Umat, yang sebenarnya bertindak sebagai SC.
***

Sandra termenung di meja belajarnya memikirkan perkataan murobbi-nya tadi siang. Mbak Tesa, murobbinya, mengajukan tawaran untuk menikah padanya. Bahkan sudah ada seorang ikhwan yang siap bertaaruf dengannya. Sandra sebenarnya menginginkan hal tersebut. Bahkan sejak awal masuk kuliah, Sandra telah menargetkan akan menikah di semester 6. Dan sekarang adalah tahun ketiga Sandra kuliah, sesuai dengan targetnya untuk menikah. Tapi vonis dokter seringkali hinggap di pikirannya dan membuatnya mengurungkan niatnya itu.
”Saya harap anda tidak terkejut mendengarnya.”
Sandra bingung.
”Kenapa, Dok? Ada apa dengan diri saya?” tanya Sandra tidak sabar.
Dokter itu menghela napasnya yang kini terasa berat.
”Ada kanker otak dalam tubuh anda dan ... sudah mencapai stadium IV.”
”Lalu?” tanya Sandra seraya tersenyum getir.
Lima hari yang lalu, Sandra memeriksakan diri ke rumah sakit dan ternyata dokter memvonis hidupnya takkan lama lagi. Ada kanker ganas bersarang di otaknya.
Ya Rabb ... beri aku kesempatan ... Engkau lah tempatku memohon ...
Dari sudut matanya, tetesan bening meluncur deras. Hatinya pilu.
***

Tubuh itu masih terbaring lemah di atas tempat tidur. Wajahnya terlihat gundah. Kata-kata Dokter tadi siang masih terngiang-ngiang di telinganya hingga kini dan membuatnya tidak bisa tidur dengan nyenyak. Seharian itu, dia terdiam di kamar tempatnya dirawat.
Bayu, lelaki berwajah bersih itu, benar-benar shock dengan keadaannya yang sekarang. Dokter mengatakan bahwa matanya mengalami kebutaan akibat adanya serpihan kaca mata yang masuk ke dalam matanya ketika kecelakaan dua hari yang lalu.
Ya Rabb ... Engkau berikan cobaan yang begitu berat ... Inikah cara-Mu mencintaiku? Bantu aku ya Rabb ... Hanya kepada-Mu lah aku memohon ...
Ah .. Lelaki tampan itu menangis.
***

Sandra masih belum beranjak dari meja belajarnya, sibuk dengan laporan kuliah yang menumpuk. Sandra menghela napas. Terlihat matanya kelelahan.
Jam 01.58 WIB ...
Sudah lewat tengah malam rupanya ....
Sandra menyandarkan tubuhnya di kursi. Tanpa sengaja matanya tertumbuk pada tulisan di time schedule-nya. Ada nama seseorang di sana.
Masya Allah! Bukankah besok aku janji dengan Indy untuk menengok Bayu di rumah sakit ? Hampir saja aku lupa ...
Dan tanpa sengaja ingatannya melayang pada sosok ikhwan bernama Bayu, ikhwan yang sering beradu argumen dengannya. Di kampus, mereka berada dalam satu organisasi dakwah bahkan satu bidang. Bayu sebagai kabid (ketua bidang) dan Sandra sebagai sekbid (sekretaris bidang).
Pernah suatu kali, Bayu terlambat datang rapat bidang sehingga rapat molor hingga satu jam lebih. Sandra dan staf akhwat lain yang datang tepat waktu dengan sabar menunggu Bayu dan ikhwan lain. Tetapi setelah satu jam lebih Bayu dan ikhwan lain belum datang juga, Sandra dan akhwat lain akhirnya memutuskan pulang. Ketika Bayu meneleponnya untuk men-tabayun-kan hal tersebut, Sandra langsung mengkritiknya tajam.
”Antum itu, kalau telat suka nggak kira-kira. Kita janjian jam berapa, akhi?! Saya dan akhwat lain sudah menunggu hampir satu jam lebih. Antum nggak menghargai waktu banget sih. Saya kecewa, akhi...” ucap Sandra.
Hanya helaan napas yang terdengar di seberang telepon.
”Akhi, ini bukan hanya sekali dua kali, tapi ... berkali-kali, akhi ! Kalau antum nggak tepat waktu seperti itu, bagaimana dengan staf-staf antum?! Ingat, antum adalah pemimpin. Antum adalah qudwah. Saya tahu, saya memang hanya seorang sekretaris bidang yang tidak berhak untuk menasehati apalagi menggurui kabid saya sendiri. Tapi kalau seperti ini?”
”Afwan, ukh ... saya nggak bermaksud seperti itu, saya hanya ...” suara Bayu di seberang terdengar lirih.
”Saya tahu untuk memahami karakter seseorang itu sangat sulit. Dan sekarang saya juga sedang belajar untuk tidak menuntut orang lain agar mau memahami keadaan saya. Afwan saya tidak bermaksud menjudge antum. Ini demi kebaikan antum sendiri. Assalamu’alaikum ....” Sandra menutup gagang telepon.
Selang beberapa menit kemudian, datang sebuah SMS di handphone Sandra.
Afwan jiddan sudah sering menyusahkan anti, sering mendzalimi anti. Sekarang ana juga sedang belajar memahami orang lain. Ingatkan saya jika saya khilaf. Syukron katsir ya ukhti.
Sender :
Kabid_Bayu
+628121846xxxx
Sandra hanya tersenyum membacanya.
Sejak itu, Bayu berusaha untuk datang tepat waktu ketika ada rapat bidang. Walaupun terkadang Bayu masih sering lupa kalau ada janji rapat atau lupa dengan proker-proker (program kerja) bulanan bidang mereka dan Sandra harus sering-sering mengingatkannya. Lain dari itu, Sandra seringkali harus berdebat dengan Bayu karena berbeda pendapat. Sedangkan staf-staf mereka hanya bisa tersenyum geli ketika melihat kabid dan sekbidnya ”berantem” alias beradu argumen.
Sekarang Bayu sedang terbaring lemah di rumah sakit. Dan besok pagi, Sandra berencana mengajak Indy untuk menjenguk Bayu di rumah sakit. Bagaimanapun juga, Bayu adalah kabidnya. Lebih dari itu, Bayu adalah saudara seiman yang membutuhkan dukungan dan perhatian agar cepat sembuh.
Sandra mengalihkan perhatiannya pada tumpukan jurnal kuliah yang ada di rak kecilnya. Matanya tertumbuk pada sebuah lembar berisikan biodata lengkap seorang ikhwan. Dia teringat akan sesuatu. Sandra beranjak menuju tempat tidurnya dan merebahkan tubuh kurusnya di kasur beralaskan sprei warna biru langit. Matanya mulai terpejam. Dan tak lama Sandra sudah terbuai dengan mimpi dalam tidurnya.
Di suatu taman ...
Tiba-tiba ada seorang ikhwan berbaju koko putih datang dan mengulurkan kedua tangannya. Sandra memberikan sebuah bungkusan berwarna hijau yang bersinar sangat terang. Ikhwan itu menerimanya dan mengucapkan sesuatu. Ikhwan itu tersenyum padanya sambil mengucapkan terima kasih.
Sandra hanya terdiam membisu. Tiba-tiba ada dua orang lelaki berjubah hitam datang dan menarik lengannya. Sandra meronta-ronta minta dilepaskan. Tapi kedua lelaki itu terlalu kuat untuk Sandra.
Sandra terbangun. Napasnya terengah-engah.
Ya Allah ... mimpi itu lagi ...
Sudah hampir subuh. Sandra pun beranjak mengambil air wudhu. Dan gadis itu pun larut dalam sujud panjangnya.

bersambung ................

tungguin yach ... ^_^ V

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.