Sunday, November 2, 2008

Bait-bait Cinta dari ....

Oktober’08
Saat sepi merindu ....

Berjumpa denganmu adalah cinta,
mencintaimu adalah anugerah,
ridhoi aku menjadi saudaramu.
Semoga Allah mengekalkan ikatan ini,
meneguhkan kita di jalan ini,
dan mengumpulkan kita di jannah-Nya nanti.

Aku tahu betapa Allah sangat … mencintaiku.
Bahkan ketika ujian sedang melanda,
itu adalah tanda bahwa Dia akan semakin … mencintaiku.
Ya Rabbi, sahabatku ini adalah bukti cinta-Mu …
========================================================= ^.^

Bait cinta di atas adalah sms-sms dari sahabat saya yang hadir saat malam menjelang, entah untuk ke berapa kalinya. Saat raga begitu penat dan mata sudah hampir tak tahan lagi untuk terpejam. Namun jari-jari ini seolah tak ingin kalah untuk mengirimkan ”kata-kata cinta” yang sama kepadanya. Tak menyadari, bahwa saya telah jatuh cinta pada bait-bait cinta yang mereka kirimkan. Fiuuhhh ...

Sahabat itu selamanya seperti bintang di langit yang senatiasa berkerlap kerlip. Meski terpisah jauh, aku ingin engkau tetap merasa tertemani olehku. Meski aku hanya bisa berbisik “aku mencintaimu karena Allah.”

Kalau sudah begini, saya jadi teringat dengan sahabat-sahabat saya di kampus. Begitu banyak hari yang saya lalui bersama sahabat-sahabat saya. Ada kalanya kami bisa berkompak-kompak ria, namun suatu waktu kami pun sering ”bertengkar” karena sesuatu hal yang kadang dianggap sepele. Susah, senang ditanggung sama-sama. Terkenang dengan tawa riang mereka, juga tangis pilu dengan raut wajah sedih. Orang bijak mengatakan: “Adakah orang alim yang tak pernah salah, adakah pedang yang tak tumpul, adakah orang baik yang tak pernah berubah.” Semuanya datang silih berganti dan saya benar-benar menikmatinya. Justru masa-masa itu yang membuat saya rindu dengan mereka, sahabat-sahabat saya. Masa-masa saat kami mengalami ”ketegangan” bersama karena beda pendapat atau karena berbeda jalan sikap. Yaa .. saat kami saling jutek, saat kami tak sadar bahwa kejutekan itu hadir karena kami saling mencintai.

Apalagi saat pertama kali masuk kampus Ekonomi, tak mengenal siapapun. Seolah-olah sebatang kara saja. Tragis. Kenal pun, masih yang malu-malu. Belum berani untuk benar-benar menjadi ”dekat” layaknya seorang sahabat. Masih segar dalam ingatan ketika pertama kali ramai-ramai ikut STATISTIKA di Matesih. Masih dengan wajah-wajah culun dan imut layaknya anak TK yang baru saja punya teman. Outbond yang melelahkan tapi juga menyenangkan. Dan sejak saat itupun, kami mulai belajar untuk bisa saling memahami satu sama lain. Mulai bisa tertawa lepas saat berkumpul bersama, dengan celotehan-celotehan riang. Mulai saling mengirimi sms-sms cinta dan penyemangat. Saat semangat kami begitu membara untuk menghusung dakwah ini bersama-sama. Dan berjuang bersama-sama di kampus tercinta dalam segala peluhnya. So sweet ...!

Kitalah dakwah itu,
kitalah ruh pergerakan itu,
kitalah kemenangan seruan itu,
karena kita dan dakwah laksana jasad dan ruh-nya.
Marilah menjemput semangat yang pernah berkobar.
Jika kini ia melemah ... Kuatlah! Allohu Akbar!!!

Ah .. jadi merindukan saat-saat seperti itu.
Saya baru sadari itu.

Sekarang saya dan sahabat-sahabat saya memang jarang berkumpul, mungkin lebih karena kami sudah memasuki area-area ”meluluskan diri” dari kampus Ekonomi tercinta. Tidak lagi bertemu dalam satu kelas di mata kuliah yang sama. Masih ingat, dulu sering kerjasama ”telat masuk kelas” karena harus memenuhi ”hak perut”, namanya juga masih anak-anak. Makan siang bersama di kantin kampus atau sekedar ngobrol kecil di ”lorong cinta” kampus kami. Dan yang lebih mengesankan hingga tak bisa saya lupakan adalah saat ”istirahat” bersama di Mushola Putri yang sekarang sudah tak dapat kami gunakan lagi karena sudah beralih fungsi untuk dosen saja. Rindu sekali dengan ramainya Mushola Putri meski ruangannya serasa sempit saat kami berkumpul di sana. Saya bisa merasakan indahnya kebersamaan kala itu. Huhff ....

Dan yang membuat memori ini semakin berputar jauh mengingat persahabatan, justru saat-saat kepahitan yang kami alami sama-sama. Saat-saat kami bertengkar, berbeda pendapat, saat saya ataupun sahabat yang lain merasa sendirian ... atau saat dimana kami berpelukan dalam tangis setelah mengakhiri amanah-amanah organisasi di kampus. Yaa .. saat-saat seperti itulah, saat paling terkenang dalam hidup saya. Karena, itu tandanya kami saling memahami, saling pengertian. Bukankah batas antara benci dan cinta sangat tipis sekali? Pun ketika saya benci dengan seorang sahabat saya, karena berbeda pendapat atau apapun alasannya, saya merasakan hal itu sebagai tanda cinta saya pada mereka.

Kini, kami sudah sibuk dengan ”dunia” kami masing-masing. Apalagi kalau sudah jadi ”orangtua” di kampus, sudah bukan saatnya bisa bermanja-manja bersama sahabat-sahabat saya. Dulu, hampir tiap hari saya selalu mendapat bait-bait cinta dari sahabat saya melalu short-message-service. Sampai-sampai inbox saya tak bisa memuatnya, saking banyaknya. Pesan-pesan pendek itu selalu mampir, meski keesokan harinya kami akan bertemu. Tapi itu sangat menyenangkan, memikirkan betapa perhatiannya sahabat-sahabat saya itu. Hmmm ... Masa-masa saling memberi tausiyah, saling mengingatkan itu hampir lewat. Dan kini tergantikan dengan masa-masa saling ”merindukan”. Rindu bertemu untuk mengulang janji persahabatan sejati. Berjumpa dengan saat-saat seperti itu, kapan ya?

Apa kabar iman?
Sedang naik atau turunkah hari ini?
Apa kabar jiwa?
Sedang tenang atau goyah dan bimbangkah hari ini?
Apa kabar cinta?
Masih terlabuhkah padaNya?
Kaifa haluki ya ukhti?

Ya. Saya sangat merindui masa-masa itu. Masa dimana akan selalu ada seorang sahabat ketika hati ini terluka, ketika jiwa ini ringkih dan ketika raga ini mulai tak bertenaga. Meski hanya sekedar menyapa tanpa berjumpa wajah. Itu sudah lebih dari cukup. Sahabat yang ikut menangis saat kita terluka, ikut bahagia saat kita tertawa gembira. Sahabat yang selalu menguatkan saat kita lemah, selalu berdiri tegak di samping kita untuk memberikan semangatnya.

Ketahuilah olehmu ...
Ketika kau merasa lelah dan tak berdaya dari suatu hal yang sepertinya sia-sia,
Alloh tahu betapa keras engkau sudah berusaha.
Ketika kau sudah menangis sekian lama dan hatimu masih terasa pedih,
Alloh sudah menghitung airmata mu.
Ketika kau pikir hidupmu sedang menunggu sesuatu dan waktu serasa berlalu begitu saja,
Alloh sedang menunggu bersama denganmu.
Ketika kau merasa sendirian dan teman-temanmu terlalu sibuk untuk tetap bersamamu,
Alloh selalu berada disampingmu.
Ketika kau berpikir bahwa kau sudah mencoba segalanya dan tidak tahu harus berbuat apalagi,
Alloh punya jawab ...

Ya, pada seorang sahabat akan kau temukan kekuatan.
============================================================ ^.^

Alloh, entah sampai kapan aku masih bisa membersamai mereka.
Namun kupinta pada-Mu, sampaikan salamku pada sahabat-sahabatku.
Dan kutitipkan rindu ini pada-Mu.
Sepenuhnya ...

Teman-teman ...
KANGEN !!!
Ended 23.40 saat sepi merindu sahabat-sahabat tercinta ...



sesungguhnya Engkau tahu
bahwa hati ini tlah berpadu
berhimpun dalam naungan cintaMu

bertemu dalam ketaatan
bersatu dalam perjuangan
menegakkan syariat dalam kehidupan

2 comments:

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.