Thursday, January 22, 2009

Alloh, Tolong Hapuskan Air Matanya ... Untukku!

My room is so sweety .... 19 januari 2009; 20.45
Saatnya menulis kembali, diiringi “before i fall in love” ... hihihi ...


Nikmat Alloh terus saja mengalir, bahkan di saat aku merasa bahwa tak ada siapapun di sampingku, di saat kepayahan menyerangku, dan di saat aku merasa kadang betapa letihnya menarik garis di langit biru ... sendirian.
Hmmm ....
Dan kini Alloh tengah memberiku “nikmat” sakit. Subhanalloh! Sakit yang kurasakan ini mungkin belum ada apa-apanya jika harus dibandingkan dengan jilatan naar. Astaghfirullah, jika Engkau menghendaki maka biarkan rasa sakit dan kepayahan ini sebagai penggugur dosa-dosaku dan peneguh imanku. Amiiiiinnnn ....
Seperti tausiyah dari seorang sahabatku, “Sesungguhnya Rabb-mu punya cara-Nya sendiri untuk mentarbiyah hamba-Nya. Ia menjadikan tubuhmu sakit agar kau menjaga sehat. Ia menjadikan hari mudamu sulit agar kebijaksanaan melekat di hari tuamu. Ia menjadikan dirimu lelah dalam kepayahan, agar kau mampu memaknai arti perjuangan ...” Ah .. terima kasih kawan, kau ingatkan aku.
Yah, dikala sakit, aku baru benar-benar menyadari nikmat sehat itu. Nikmat yang tak kan tergantikan meski dengan limpahan kemewahan apapun. Sehat! Subhanalloh ...
Tuhan, baru kusadar indah nikmat sehat itu ...
Mungkin Alloh menegurku, karena tak berusaha mengerti bahwa tubuhku ini juga punya “hak” yang harus dipenuhi. Hak untuk diperhatikan dan dijaga. Beberapa bulan terakhir yang menyita energi hingga membuatku melupakan apa yang namanya “makan”. Hiperbola mungkin, tapi nyata! Begitu banyak aktivitas yang kulakukan tanpa diimbangi dengan asupan energi yang cukup membuatku akhirnya “ambruk” dan terpaksa melewatkan indahnya “tahun baru hijriyah dan masehi” di rumah sakit. Tragis memang, tapi ini konsekuensi yang harus kujalani.
Seminggu kuhabiskan di rumah sakit, beristirahat sekaligus merenung. Merenungi hikmah di balik “ambruk”nya seorang Ucix. Indah nian teguranmu ya Alloh ...
Sempat dirawat di Solo sebelum akhirnya dipindahkan ke Purworejo. Saat dalam perjalanan menuju rumah sakit (diantar teman kos), aku sempat merasa “apakah ini akhir dari semuanya?” Sakitnya membuat air mataku sampai mengalir bak telaga. Cengeng sekali? Tak apa! Karena aku benar-benar tak tahan dengan sakit yang mungkin aku belum pernah aku merasakan sebelumnya. Allohu Akbar!!! Belum pernah sampai ku harus menangis menahan nyeri ini. Alloh, betapa sakitnya .... ini di dunia, bagaimana kelak di akhirat nanti? Sanggupkah aku?
Silih berganti beberapa teman-temanku menjenguk. Beberapa hari di rumah sakit, aku merasakan sakit yang membuatku menjadi sosok yang cengeng, mungkin! Bagaimana tidak, selain suhu tubuhku yang naik-turun (antara 38-39o C) dan tensiku yang nge-drop hingga 80 tetapi juga tenggorokanku ikut meradang. Subhanalloh, sakit sekali meski hanya untuk batuk atau minum. Sampai-sampai tiap kali batuk, tanpa sadar air mataku tak berhenti menitikkan bulir-bulir bening. Kuiringi dengan istigfar sesekali.
Hingga akhirnya harus dipindahkan ke rumah sakit di Purworejo (agar lebih dekat dengan keluarga di rumah). Sakit luar biasa kurasakan di perutku, tak kurasakan sebelumnya. Apakah yang bermasalah itu sebenarnya perutku? Allohu Akbar! Benar saja, sampai di rumah sakit di Purworejo ku periksa hematologi rutin lagi. Tipus, positif, dan tinggi!
Allohu Akbar, lagi-lagi ku hanya bisa bertakbir ... tak pernah ku bayangkan sebelumnya bahwa tipus inilah yang sebenarnya membuat panasku tak kunjung turun juga. Sakit, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak. Hmmm.... aku memang sempat shock, kenapa harus tipus??? Kubayangkan, butuh waktu yang panjang dan lama untuk bisa benar-benar sembuh total.
Pulang dari rumah sakit, ku dianjurkan bedrest total, artinya no aktivitas sama sekali! Hampir 2 minggu bedrest ternyata tak membuatku benar-benar pulih total. Bolak-balik rumah sakit hingga membuatku bosan, apalagi dengan obatnya! Huhf ... tapi demi kesembuhan, kusabarkan diri untuk menuruti semua saran dokter. Bismillah !
Ini hampir pekan ke-4 sejak ku sakit, memang masih dalam proses recovery, karena yang namanya tipus tak bisa instant sembuh seperti sedia kala. Harus hati-hati. Ku mulai dengan aktivitas-aktivitas kecil yang tak terlalu menguras tenaga. Pelan-pelan tapi pasti.
Tapi selama aku sakit, satu hal yang begitu membuatku mengharu biru ...
Saat bedrest di rumah kemarin, membuatku merasakan betapa kasih sayang orangtua tiada habisnya. Kadang membuatku sampai menangis. Bagaimana tidak, setelah pulang dari rumah sakit, sempat beberapa kali bolak-balik rumah sakit untuk kontrol (karena kondisiku memang masih lemah). Dan yang mengantarku adalah mereka berdua, ayah dan ibuku. Bagi kalian mungkin ini adalah sepele, tapi tidak bagiku. Bagaimana mungkin aku bisa melupakan wajah mereka yang seolah mengekspresikan cinta tak terbatas. Wajah sendu namun berusaha tak ingin anaknya ikut pilu. Hanya berharap anaknya sembuh total, apapun dan berapapun yang harus mereka keluarkan, tenaga, pikiran, materi dan CINTA !!!
Alloh, kenapa tak jua aku sadar betapa mereka sangat menyayangiku. Ayah yang baru saja pulang dari tempatnya bekerja, masih saja merelakan dirinya untuk mengantarku check up ke rumah sakit, padahal sudah hampir ‘Isya dan aku tahu betul betapa letihnya beliau hari itu. Aku hanya bisa menahan perih .... Alloh!
Dan hari ini, lagi-lagi aku harus mengurai air mata. Tadi siang ku sempatkan untuk check up ke rumah sakit, karena kondisiku yang belum sehat betul, malah aku sempat merasakan kondisiku memburuk untuk beberapa saat. Dalam kesendirian, kupasrahkan pada-Mu ya Rabbi ...
Di saat aku sedang menunggu dokter, tiba-tiba kudapati layar handphone-ku menerima sebuah short message service. Kulihat pengirimnya, my luphly mother!
Beberapa saat terjadilah dialog pendek seorang ibu yang begitu mengkhawatirkan gadisnya, antara aku dan Ibu. Pesan-pesannya memang begitu pendek, namun message yang terakhir kuterima membuatku tak mampu menahan air mata. Di ruang tunggu, beberapa orang mungkin melihatku aneh karena tiba-tiba berurai air mata, aku tak peduli. Pikir mereka mungkin aneh, atau cengeng. Tak kupedulikan, karena aku hanya ingin bulir bening ini mengalir untuknya, untuk dia yang terkasih.
Tahukah kalian?
Ibu ku mengirim pesan begini “maaf ya mbak, ibu nggak bisa merawat kamu.”
Jesss .... seketika hujan luruh membasahi hatiku. Alloh, disaat seperti ini ... aku ingin memeluknya, erat! Bahkan saat aku membuat tulisan ini, dan sampai pada kalimat ini, tak terasa air mataku kembali deras mengalir. Hatiku terluka, juga bahagia .....
Malam sebelumnya pun aku masih ingat, Ibu meneleponku dengan nada suara basah. Aku tahu pasti itu, suaranya yang menahan tangis dan terbata-bata ... Alloh!
Hanya beliau, satu-satunya yang mampu membuat rintik hujan di hatiku, sekaligus meluruhkan badai dahsyat yang hadir tanpa rasa. Hanya beliau ...
Alloh, aku rindu padanya. Hanya yang kusesali, kenapa aku sering membuatnya sedih ... kenapa aku masih tak juga menyadari bahwa cintamu begitu besar, duhai Ibu ....
Alloh, ampuni aku.
Aku sedang berjuang Ibu, lihatlah! Aku sedang berjuang ... di tengah kepayahan ini, karena raga yang sedang diuji ... aku akan terus berjuang untuk sembuh, Ibu. Engkau tak perlu khawatir, karena ujian ini dari Alloh ... Dia pasti lebih tahu yang terbaik untukku, kenapa harus aku ...
Aku akan berjuang, agar engkau tak menangis lagi melihat anakmu tengah “terluka”.
Aku janji, Ibu.
Alloh, kuatkan aku ... sampaikan rindu ini untuk Ibu-ku dan tolong hapuskan air matanya, untukku.
Alloh, terima kasih untuk rasa sakit ini.

Mengurai benang cinta Ibu dan anaknya .... Solo - Purworejo

1 comment:

  1. waalaykumusalam warahmatullah ..

    maaf baru saya balas ... baru lihat.

    nggih, silahkan,
    moga bermanfaat :)

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.