Friday, November 6, 2009

SKETSA : “Mari kita lihat bisa sebaik apa kau tanpa seorang ibu!”

Hari ini (bahkan dari beberapa waktu yang lalu), koran masih membahas hal yang sama : Anggodo, Anggodo, Anggodo! Hah! Hebat benar dia, sampai diperbincangkan dimana-mana. Dan dunia Indonesia pun semakin semrawut dengan “mafia-mafia”nya. Tapi saat ini aku sedang tak berminat untuk membahas apa, kenapa, dan bagaimana itu makhluk bernama Anggodo.
.................................................................................>>

Pernah dengar lagu ini?
Ribuan kilo jalan yang kau tempuh
Lewati rintang untuk aku anakmu
Ibuku sayang masih terus berjalan
Walau tapak kaki penuh darah penuh nanah
Seperti udara kasih yang engkau berikan
Tak mampu ku membalas ...
Ibu
Ibu

Tadi pagi kubaca sebuah berita di salah satu sudut sebuah koran cukup terkenal di Solo. Disana ditulis sebuah kisah seorang Ibu di China yang berusaha menyelamatkan anaknya. Usianya sudah mencapai 55 tahun. Perempuan itu rela berjalan kaki sejauh 10 kilometer setiap hari selama 7 bulan. Hal itu dilakukannya agar dia bisa menurunkan berat badannya dan menyelamatkan nyawa putranya.

Chen Yurong, perempuan itu, berjalan kaki lebih dari 2.000 kilometer secara keseluruhan setelah diberitahu bahwa putranya yang berusia 31 tahun, Ye Haibin, memerlukan cangkok hati. Namun pada Februari lalu dokter mengatakan hati Chen tak cocok karena telah tertimbun sangat banyak lemak.

Dalam upaya membuat hatinya siap untuk pencangkokan, Chen berjalan kaki di sepanjang tanggul sungai di dekat rumahnya di kabupaten Jiang’an, Provinsi Hubel, setiap hari. Ia juga menjalani diet, dan hanya makan nasi serta sayuran. Dan upaya keras si ibu itu terbukti tidak sia-sia. Berat badannya berhasil turun 8 kilogram, dan 19 Oktober lalu, tim dokter menyatakan hatinya telah mencapai standar untuk pencangkokan.
Dalam operasi selama 14 jam di Tonggi Hospital University, Chen telah memberikan sebagian hatinya kepada sang anak.

Desember tahun lalu, Chen memutuskan untuk mendonorkan hatinya kepada si anak, yang selama 18 tahun menderita penyakit Wilson. Penyakit Wilson merupakan penyakit genetika yang disebabkan oleh timbunan tembaga yang terlalu banyak dalam tubuh sehingga menyebabkan degenerasi (kemerosotan fungsi) hati.

Tim dokter mengatakan bahwa secara teori, hidup Ye Haibin dapat diperpanjang untuk waktu yang lama. Chen adalah ibu yang “luar biasa”.

SUBHANALLOH!

Aku benar-benar menangis membaca berita ini di koran.
That’s the wonderful person, IBU!
Dia lakukan semua untuk anaknya, meskipun nyawa taruhannya.

Ah, Ibu ...
Membayangkan wajahnya saja, terlintas begitu banyak kenangan.

Jadi ingat, kalau dulu sewaktu aku masih kecil, setiap kali Ibu menghadiri walimahan tetangga atau ketika rapat di kantor (kebetulan Ibuku adalah seorang guru) dan mendapatkan makanan kardus atau snack-snack kecil pasti dibawa pulang. Untuk anak-anaknya di rumah.

Setiap habis masak untuk keluarga dan tiba saatnya waktu makan, selalu menunggu semua anggota keluarga mengambil makan terlebih dahulu. Ibu menunggu untuk memastikan bahwa suami dan anak-anaknya telah kenyang.

Saat aku sedang menghadapi UAN SMA, dan jatuh sakit, Ibu dengan setia menemaniku belajar dan merawatku.

Saat aku akhirnya memutuskan untuk kuliah di Solo, dan kemudian menjadi aktivis (sok) sibuk hingga kadang jarang pulang ke rumah, Ibu hanya bisa bersabar dengan pertanyaannya “Kapan pulang, nduk?”.

Saat akhirnya aku collapse dengan tipusku dan opname beberapa kali di rumah sakit, Ibu berkata, ”Maafkan Ibu, Nak. Ibu tak bisa merawatmu dengan baik.” Kekhawatiran seorang Ibu.

Aku membuatnya sedih. Sedih.

Alloh ...

Aku tak bisa membayangkan, apa jadinya aku tanpa seorang Ibu. Siapalah aku, lahir dari rahim seorang perempuan tangguh, yang aku sangat tahu ketika beliau mendapatkan cobaan besar dalam hidupnya dan aku tak mampu berbuat apa-apa.

Alloh, kutitipkan penjagaannya pada-Mu.
Jangan ambil kebahagiaan dari sisinya, penuhi ia dengan limpahan rahmat-Mu.
Terlalu banyak kenangan, dan aku tak ingin menghapusnya.

Alloh, beri aku waktu ... sedikit lagi, untuk membahagiakannya.
Sampaikan usiaku hingga aku masih bisa mencium lembut kedua tangannya yang tak pernah henti menengadah ke langitmu, memanjatkan doa di tiap shalat malamnya.

Maafkan aku, Bu ...



_Ibu, akujatuhcintaditiapsenyumtulusmu_

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.