Wednesday, January 12, 2011

Cinta Itu, Bukan Memaksa


Awal dari cinta adalah membiarkan orang yang kita cinta menjadi dirinya sendiri, dan tidak merubahnya menjadi gambaran yang kita inginkan. Jika tidak, kita hanya mencintai pantulan diri sendiri yang kita temukan di dalam dia (wise word).

Seringkali kita memaksa orang lain untuk menjadi apa yang kita inginkan. Merasa bahwa orang lain menjadi lebih baik ketika mengikuti apa yang kita lakukan. Merasa bahwa kita berhak atas dirinya. Merasa bahwa ini adalah yang terbaik untuknya. Perasaan semacam ini, apakah bisa disebut cinta?


Kita mempunyai banyak kehidupan di sekitar kita. Ada orang tua, adik-adik, saudara-saudara, sahabat, teman, tetangga, dan bahkan orang-orang yang tidak kita kenal. Mereka silih berganti datang, membawa banyak kisah yang selalu bisa kita ambil hikmahnya. Mereka datang dengan membawa diri mereka. Mereka datang dengan kumpulan cinta dan harapan untuk kita yang kadang tak kita mengerti. Karena bahasa yang tercipta antara kita dan mereka seringkali tak sama. Kemudian sisi-sisi dominan kita memaksa mereka untuk “mencintai” kita dengan cara kita.


Kita seringkali tidak sadar, memaksa orang tua kita untuk mengikuti apa yang kita inginkan. Dalam sekejap. Padahal, tidak ada yang instant di dunia ini. Lihat saja, idealisme-idealisme anak kampus yang baru saja “hijrah” dari kehidupan jahiliyahnya. Ekstrim memaksa keluarga kita dengan kumpulan dalil yang dihafalnya, menginginkan potret keluarga Nabi dalam keluarga dengan sekejap mata. Seperti bermain sulap saja. Apa ini cinta?


Lalu pada teman-teman kita. Memaksa mereka mengikuti jalan yang kita pilih. Menjauhi mereka yang tidak sekomunitas dengan kita. Menginginkan mereka berpakaian seperti kita, memakan apa yang kita hidangkan, mendengar apa yang kita ucapkan, melihat apa yang kita lakukan, melakukan apa saja yang kita inginkan. Dan kita puas, ketika kita melihat diri kita ada dalam dirinya. Apa ini juga cinta?

Begitu pula dengan suami/isteri kita. Menginginkan mereka menjadi sosok-sosok yang sesuai dengan bayangan kita. Memaksa mereka mengikuti apa yang kita mau. Menjadikan mereka boneka. Merasa benar-benar memiliki mereka seutuhnya. Dan berhak melakukan apa saja atas diri mereka, tanpa menanyakan apakah mereka menyukainya atau tidak. Apa ini cinta?


Semua hubungan tidak memandang status, warna dan pamrih apapun. Relationship is relationship. Persaudaraan adalah persaudaraan. Persahabatan adalah persahabatan. Bukan karena menjadikan sahabat seperti yang kita inginkan. Dan tetap membiarkan pepatah PERBEDAAN ITU INDAH, tetap seperti adanya. Membiarkan mereka yang hadir dalam kehidupan kita, tetap menjadi dirinya sendiri. Membiarkan mereka untuk bebas menentukan pilihannya sendiri. Bebas memainkan peran yang mereka inginkan. Membiarkan mereka merasa nyaman saat berada di dekat kita. Tidak memaksa mereka menjadi “kita”. Kita mencintai orang lain, bukan “pantulan diri” kita yang ada di dalamnya.

Saudara/ sahabat yang baik adalah yang selalu mengajak kepada kebaikan, bukan mengajaknya menjadi baik “seperti” diri kita. Seolah-olah kita adalah lebih baik darinya, who knows? Hanya Alloh yang Maha Tahu, siapa lebih baik dari siapa.

30122010

@penghujung 2010, menumbuhkan banyak cinta di hati mereka@
@gambar punya pribadi@

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.