Thursday, April 18, 2013

kabar baik itu ....



Pernikahan.

Kadang benci banget denger kata-kata ini. Karena mengingatkan saya akan seseorang. Seseorang yang pernah (saya bilang pernah, karena nggak tahu apa dia pernah menganggap saya ada :nyengir:) menjadi teman saya. Dan itu terasa menyebalkan.

Dulu saya pernah punya seorang teman di kampus. Kami kenal secara nggak sengaja, atau lebih tepatnya kami bertemu karena takdir Alloh. Sama-sama satu angkatan, sering bertemu di banyak acara kampus, dan finally satu perguruan a.k.a satu guru ngaji. Tapi jelaslah, saya masih jauh dibawahnya. Ilmu saya masih cetek dibandingkan dengannya. I am just an ordinary woman hahaha.

Diantara semua teman ngaji saja, saya sangat dekat dengan satu orang bahkan sampai sekarang saya selalu menganggapnya sebagai teman terbaik saya. Dan kalau bicara level kedekatan, dibawahnya lagi yang cukup dekat dengan saya ya dia, seseorang yang menjadi bagian cerita saya disini. Pemikiran kami hampir sama, pokoknya banyak hal yang mempertemukan kami dalam satu titik.

Sampai suatu kali, kami tidak lagi dalam satu kelompok ngaji karena rotasi yang biasa dilakukan dalam sebuah kelompok. Otomatis komunikasi pun agak terputus, karena kami juga sama-sama sibuk di wilayah kami masing-masing. Selang beberapa lama saya mendengar sebuah kehebohan, berita pernikahannya. Bisa dibilang heboh, karena saat itu memang berita pernikahannya mengejutkan banyak orang dan membuat banyak orang kecewa (saya nggak perlu jelaskan kekecewaan mereka) karena beberapa hal.

Saya justru tahu berita pernikahannya dari teman saya yang lain tepat di hari pernikahannya. Teman saya bilang pagi itu dia akan melaksanakan akad nikah. Wow! Seharusnya saya gembira dia menikah, tapi nyatanya saya kecewa. Saya kecewa bukan karena dia menikah, tapi karena dia tidak memberitahu saya berita pernikahannya bahkan hingga detik ini. Hahaha, saya ingin tertawa. Sepertinya saya terlalu berlebihan menelan kekecewaan, sepertinya saya harus mulai sadar bahwa mungkin saya bukan teman yang pantas untuk diberi kabar pernikahannya. Siapa lah saya .... Yang lebih mengecewakan, beberapa lama setelah pernikahannya secara tak sengaja kami bertemu dia masjid kampus. Tebak apa yang terjadi? Bahkan menyapa pun tidak. Kami hanya bertemu pandang, sampai saya berpikir mungkin dia malu tentang berita pernikahannya yang menghebohkan kampus. Ingin saya menyapa saat itu, tapi sayangnya dia seperti setengah berlari keluar masjid. Saya sampai ketawa-tawa waktu cerita ini sama teman-teman lain yang ternyata juga (hampir) memiliki cerita yang sama tentang dia.

Semua itu hanya membuat saya tertawa. Apa yang dulu pernah diucapkannya tentang pernikahan ternyata hanya omong kosong. Janji untuk saling mengabari itu hanya sebatas basa-basi. Bullshit! Ah, sudahlah. Itu bukan urusan saya. Dia mau nikah atau mau punya anak juga bukan urusan saya. Saya hanya perlu berterimakasih pada Tuhan bahwa dia pernah dihadirkan dalam hidup saya, sebagai seorang teman.

Tapi ada cerita membahagiakan yang lain. Beberapa teman saya, meskipun tidak terlalu dekat tapi justru memberikan kabar bahagia itu jauh sebelum hari-H. Dan itu membuat saya benar-benar bahagia, senaaaaaaaaang bukan kepalang. Saya nggak meminta mereka mengundang saya tapi mengejutkan mereka malah meminta restu dan meminta do’a padahal saya hanya minta cukup dikabari saja. Sungguh, itu sudah sangat cukup bagi saya. Itulah yang disebut sebagai persahabatan.

Benar, pernikahanmu bukan urusan saya. Tapi saya hanya ingin mendengar darimu langsung tentang kabar bahagia itu. Saya hanya ingin tahu betapa bahagianya engkau yang telah menemukan seseorang yang kau cintai dan mencintaimu.

Dan saya akan berdo’a dengan tulus untuk kebahagiaanmu.

Saya selalu siap mendengarkan kabar baik darimu.Saya hanya tidak siap jika harus mendengarnya dari orang lain.

 .....................................................fin.


Teriring do’a yang tulus untuk sahabatku yang besok Ahad insya Alloh akan mengucap janji suci. Terima kasih teman, sebuah kehormatan bagiku karena kabar baik itu kudengar langsung darimu. Semoga engkau bahagia, selamanya. Aamiin. :)

2 comments:

  1. uciiiixx... aku juga minta maaf... :(
    aku ga ngabarin langsung berita bahagianya...
    ga da maksud apa2... cuman, yah, seperti kamu yang sensitif...
    aye introvet akut....
    dan kemaren kambuh berat introvert nya...
    si kiyung yg hari2 chatingan di watsapp aja baru ku kasih tau menjelang deket hari, sampe ngambek dia...
    temen2 kantor yg hari2 ketemu aja tau satu minggu sebelum sy cuti dan nyebar undangan di samarinda (2 minggu sebelum akad)
    di fesbuk, foto undangan awalnya cuma ku publish (bukan nge tag ya) bs diliat hanya untuk beberapa org, yg baru ku publish to friend seminggu sebelum akad... (sekali lagi ga pake ngetag)

    dan nge sms kamu.. tapi kemaren ga tau kenapa malah bingung gimana nyampeinnya...
    u know... bingungnya org linglung....
    langsung mau nulis... "ucix, sy mau nikah..." "ucix, doain ya..." "ucix insyaAllah bulan depan bla-bla.."
    tiba2 semuanya jadi berasa janggal untuk aye kirim lewat sms... -__-
    (i know, it sounds so ridiculous.. but thats what happen, believe me _ _' )

    so intinya.... maapin ya cix...
    miss u so much...

    ReplyDelete
  2. Kamu cemburu akan pernikahannya? di tak mengundang anda biar anda tak merasakan sakit yang teramat dalam ketika ia bersanding dengan wanita lain di pelaminan.

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.