Tuesday, February 2, 2010

show me the meaning of being LONELY

Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono
Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia
Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa
Dan untuk berapa lama tidak penting
Ia sudah tahu cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil
Agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang
*sedikit mengutip Recto Verso-nya Dee*

..................
So many words for the broken heart
It's hard to see in a crimson love
So hard to breathe
Walk with me, and maybe
Nights of light so soon become
Wild and free I can feel the sun
Your every wish will be done
They tell me...

Show me the meaning of being lonely
Is this the feeling I need to walk with
Tell me why, I can't be there where you are
There's something missing in my heart

*Mendengarkan lagu ini ... mellow-mellow gimana gitu (hahaha).

Maha Suci Alloh yang telah menciptakan makhluk di bumi berpasang-pasangan, dengan jodohnya masing-masing.
*Kalimat pembuka yang terlalu serius. ^^

Kini ada jeda ... sebentar saja, tak apa kan?
*menghela napas panjang, melanjutkan bait berikutnya dengan gaya penulisan yang aneh hihi*

Setelah tadi siang, mendapatkan kembali berita mengejutkan (bahagia, red) dari seorang kawan yang sebentar lagi akan melangkah menuju fase hidup yang baru bersama lelaki pilihannya. Seorang lelaki yang (tentunya) ia harapkan bisa menjadi seorang imam di hidupnya yang baru. Seorang lelaki yang bersamanya, ia akan bisa membangun rumah di surga-Nya.
Saya turut berbahagia, sungguh.
Senaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaangggggggggggnyaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa ..... ^^V
*hiks ... terharu (???)

Satu persatu teman saya (yang seangkatan tentunya, red) mulai berani mengambil keputusan untuk menjalani hidupnya bersama seorang sahabat sejati. That’s the great!
*standing applause for them ^^V, nggak bermaksud lebay

Sebenarnya, bukankah itu hal yang biasa? Maksud saya, pernikahan adalah sesuatu hal yang biasa, yang (insya Alloh) pasti akan dijalani oleh setiap orang. Hanya saja, ketika teman-teman saya yang sebaya yang menjalaninya, saya merasa itu adalah sesuatu yang sangat luar biasa. Bayangkan, biasanya saya bermain (dalam arti sungguhan, red) bersama mereka dan tumbuh dewasa bersama mereka juga. Belajar kelompok di SMP, SMA atau saat di Kampus. Atau sekedar jalan-jalan menenangkan pikiran di saat tugas kuliah menggunung. Tertawa bersama, menangis bersama dalam pelukan. Saling menasehati, saling menyemangati, saling mendoakan. Melakukan hal-hal gila bersama, hal-hal ajaib yang selalu akan dikenang.

Kini, sebagian dari mereka telah sungguh-sungguh dewasa, mungkin lebih dewasa dari saya (bukan sekedar tua^^). Saya tahu, suatu saat hari seperti ini akan tiba. Hari dimana harus bersedia melepaskan sahabat-sahabat saya untuk mengambil keputusan terbesar dalam hidupnya. Hari dimana akan menjadi hari paling sakral di seumur hidupnya. Hari dimana kebijakan dan kedewasaannya akan lebih banyak diuji. Hari dimana mereka berhak menjalani hidup mereka sendiri. Dan meskipun dari semua itu, saya harus menanggung rasa kehilangan. Ah, tak mengapa jika sahabat saya menjadi bahagia karenanya. Toh, saya nggak kehilangan sahabat saya sepenuhnya, karena saya yakin persahabatan bukan sekedar bertemu secara fisik, tetapi persahabatan adalah bagaimana menyediakan sebuah ruang di hati untuk tempat singgah seorang sahabat. Dan saya akan selalu membawanya di hati saya (nggak bermaksud nggombal ^^).

Di usia yang segini, twenty three, kadang saya juga heran. Heran dengan mereka yang seusia dengan saya telah berani mengambil langkah besar, menikah. Mereka, kalian, keren!!! Saya bukannya iri atau cemburu dengan mereka (buat apa cemburu?), tidak sama sekali. Justru saya bahagia, senang.

Berulang kali saya mengatakan bahwa menikah adalah sebuah langkah besar. Karena menikah; hidup dengan seorang lelaki yang sama sekali belum pernah dikenal, menyambut suami di tiap pagi dan petang dengan senyum termanis, having children, hidup dengan mertua, melakukan semua pekerjaan rumah tangga, perlahan meninggalkan kehidupan bermanja orangtua, wowww! Saya berpikir, bagaimana mereka bisa memikirkan semua itu?

Saya (sungguh) nggak merasa cemburu sedikitpun, kemudian harus memaksakan diri menikah secepatnya. Menikah cepat-cepat hanya karena takut tersalip adik tingkat??? Oh, betapa bodohnya saya jika melakukan itu! Saya pikir, Alloh pasti sudah mempunyai rencana indah untuk setiap hamba-Nya. Just pray and do it! Lagipula, menikah bukan sekedar mampu, tapi juga mau. Menikah juga butuh persiapan, lahir dan bathin. Menikah bukan sekedar menerima lamaran seseorang, tetapi memantapkan hati. Right?

Di usia yang kepala dua, kenapa setiap orang selalu bertanya tentang when will you get married? Kenapa tidak bertanya, “Cita-citamu apa? Prestasi apa yang sudah kamu hasilkan? Untuk apa kamu hidup?” Tidakkah membosankan pertanyaan kapan nikah, padahal usia kita (saya, red) masih dua puluhan lebih dikit (hehe). Oke, saya sepakat dengan menikah muda, that’s the legal’s choice for everyone. Tetapi, kembali ke setiap individu yang saya yakin setiap dari kita punya banyak wishlist, punya banyak harapan dan cita-cita yang ingin diraih. Saya sendiri, saya punya target, saya punya keinginan, saya punya harapan, and I wish I hope it. Dan tentang menikah, bukan cuma mindset tentang tanggal menikah atau tentang anggaran menikah yang perlu diributkan, tetapi juga tentang apa yang ingin dicapai dari sebuah pernikahan. What is the wish of marriage? What is the goal of it?

Jadi, kalau ada yang tanya : “KAPAN NIKAH?”, saya hanya punya jawaban : “Segera, setelah saya menemukan seseorang yang tepat. Segera, setelah hati saya mantap.” (di usia berapa, hanya saya dan Alloh yang tahu) Sebenarnya saya kurang suka membahas tentang masalah ini, karena saya pikir the life’s goal isn’t just married with someone. Masih banyak hal lain yang harus dilakukan, terutama sebagai seorang lajangers. Toh, kita sebagai manusia punya hak untuk melakukan apa saja yang kita inginkan dan kapan kita ingin melakukannya.

Apapun itu, saya amat sangat bahagia melihat teman saya satu persatu mulai menggenapkan dien-nya dengan seseorang yang menjadi pilihannya. Saya hanya bisa berdoa semoga Alloh memberkahinya. Dan insya Alloh, saya akan menyusul. Segera.

*koleksinya Backstreet Boys, hihihi

Solo, 02022010
*show me the meaning of the being lonely, nitip selamat ya buat 2 sahabatku dan seorang kakak yang sebentar lagi akan menggenapkan dien-nya ... Barokallohufiikum*

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.