Friday, July 8, 2011

Jika dia menjemputmu, apakah engkau siap …?

Bagaimana kau merasa bangga,
akan dunia yang sementara
Bagaimana kau bila semua,
hilang dan pergi meninggalkan dirimu*


Satu lagi tambahan episode tentang kematian.

Mungkin Alloh lebih sayang padanya, sehingga memanggilnya lebih cepat dari kami.

Sebuah kabar mengejutkan yang saya dapatkan hari ini.

Sore tadi ada sms masuk ke Soner saya.

Aslm. Innalillahi wainnailaihi roji’un. Telah meninggal dunia dengan tenang DIAN TRI CAHYONO (Ketum BPPI 09) hari Jumat 8 Juli 2011 jam 15.00 dikarenakan sakit di Madiun. Mohon doa dari teman-teman, agar dosa almarhum diampuni dan keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran.
Sender : X
08-07-2011 17:32


Allahumma firghlahu warhamhu wa'afi'i wafua'anhu...
semoga Alloh mengampuni dosanya dan melapangkan jalanNya di akhirat.
Amin Allohumma amin.

Antara kaget dan setengah tak percaya mendengar kabar itu. Masih jelas terbayang wajah beliau Sabtu yang lalu. Rupanya itu menjadi pertemuan saya yang terakhir dengan beliau, setelah berapa tahun tak bertemu.

Sabtu lalu, 2 Juli 2011, pagi-pagi saya ke kampus. Kebetulan ada teman dekat saya yang hari itu akan sidang skripsi, jadi saya menemani dan menungguinya sampai selesai. Sekalian menggelorakan semangat saya untuk menyusulnya :D. Pagi itu juga saya bertemu dengan beliau, yang dengan wajah tenang memakai seragam putih-hitam dan berdasi.

Saya sapa beliau.

”Dian, mau sidang ya?”

“Iya, mbak.”

“Sukses ya.”

“………………….”

Sosok dengan wajah malu-malu itupun berlalu. Sibuk mempersiapkan moment paling penting dalam sejarah hidupnya sebagai mahasiswa. Moment dimana seorang mahasiswa mempertanggungjawabkan statusnya selama di kampus.

Kebetulan ruang sidang beliau bersebelahan dengan teman saya, saya sempat melihatnya bolak-balik mengecek kehadiran dosen penguji. Tak sempat bertegur sapa lagi, takut mengganggu konsentrasinya menghadapi ujian. Ya, saya hanya berdoa semoga Alloh memudahkan sidangnya hari itu. Setelah teman saya selesai dan mendapatkan nilai sidang skripsinya, saya segera pulang. Dan rupanya, hari itu adalah hari terakhir saya berjumpa dan bercakap dengan beliau.

Ketika mendengar kabar meninggalnya beliau, saya kembali teringat kenangan saat bersama adik yang shaleh ini. Ingat saat study banding ke Gresik (Jatim) kemudian sampai di kampus ternyata masih jam 3 pagi, dan akhirnya pulang ke kos dengan diantar oleh beliau ditemani salah satu teman saya juga. Dan banyak lagi event kerjasama di kampus yang pernah kami dan teman-teman ikuti. Kebetulan pernah seamanah dengan beliau di beberapa organisasi kampus, salah satunya BPPI FE UNS (LDK di FE) dimana beliau pernah menjadi ketuanya. Saya teringat dengan kebaikan-kebaikan beliau. Semoga menjadi pemberat timbangannya di akhirat, amin.

Yang membuat saya speechless adalah beliau pergi sesaat setelah menyelesaikan amanah studinya di kampus, amanah yang dipertanggungjawabkannya pada kedua orangtua tercinta.

Semoga Alloh mengampuni segala dosanya, melapangkan jalannya dan memberikannya tempat terbaik di sisi Alloh. Saya tahu beliau orang baik, sholeh insya Alloh. Semoga amalan beliau memperjuangkan dakwah di kampus menjadi pemberat timbangannya kelak. Amin Allohumma amin. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan dan kesabaran.

Itulah K.E.M.A.T.I.A.N. Bicara tentang kematian adalah bicara tentang waktu. Ya, waktu. Ah, berapa lamakah lagi bisa bercanda bersama teman-teman, berapa lama lagi melakukan segala sesuatu yang diinginkan, berapa lama lagi waktu saya untuk membaktikan diri pada orang tua, dan berapa lama lagi jatah hidup di dunia?

Ah, jika saatnya saya harus “pulang”, saya ingin “pulang” dalam keadaan terbaik. Dalam kondisi keimanan saya yang paling baik, yang paling tinggi, yang paling manis yang pernah saya punya.

Saya ingin “pulang” dalam pelukan orang yang mencintai saya (dan saya mencintainya), ingin berada diantara orang-orang yang mencintai saya dan saya cintai. Sehingga, meskipun mereka menangis sedu dengan kepergian saya, saya tetap akan tersenyum ikhlas. Ah, kematian yang indah.

Tetapi semua harus melewati prosesnya. Jika saya inginkan akhir yang indah, maka saya harus berusaha menjaga diri dalam kebaikan. “karena surga bukanlah kado yang dihadiahkan begitu saja?”. Saya harus menjemputnya, seperti jika suatu saat kematian menjemput saya.

Ketika beberapa orang yang saya cintai meninggalkan saya, dengan sangat tiba-tiba, dan akhirnya sukses meruntuhkan pertahanan saya. Lagi-lagi, secara manusiawi, air mata saya selalu mendesak keluar begitu menyadari bahwa mereka telah tiada dan hati remuk redam. Selalu membuat saya bertanya, sedang apa mereka di alam kubur? Lapangkah alam kubur mereka? Sukseskah wawancara mereka dengan malaikat-Nya? Allohu Akbar! Saya hanya mampu berdoa, semoga kelak saya dipertemukan dan dikumpulkan dengan orang-orang yang saya cintai di jannah-Nya. Amin ya Rabb ...

Ya, ternyata kematian mengajarkan saya bahwa I’am Nothing. Saya bukan siapa-siapa. Saya tak pantas sombong dengan apa yang saya miliki, karena kelak semuanya akan kembali pada-Nya.

Astaghfirullahal’adziim, berapa banyak sebenarnya amal yang saya punya? Jangan-jangan sudah habis di dunia, sebelum sempat saya nikmati di akhirat kelak. Tidaaaaak!

Alloh, jagalah setiap keikhlasan dalam setiap langkah saya.

Berhentilah sombong, perbanyak sedekah, perbanyak berbuat baik, perbanyak ibadah, dan berhenti berprasangka buruk pada orang lain.

Semoga Alloh selalu menjagaku, menjaga kita semua.
Dan kelak, ketika utusan-Nya datang ... maka saya telah siap.

Bagaimana kau merasa bangga
Akan dunia yang sementara
Bagaimana kau bila semua
Hilang dan pergi meninggalkan dirimu

Bagaimanakah bila saatnya
Waktu terhenti tak kau sadari
Masihkah ada jalan bagimu
Untuk kembali mengulang ‘kan masa lalu

Dunia dipenuhi dengan hiasan
Semua dan segala yang ada akan kembali pada-Nya

Bila waktu t’lah memanggil
Teman sejati hanyalah amal
Bila waktu t’lah terhenti
Teman sejati tinggalah sepi*

..............................>>

Sudut kamar, 08/07/2011 10:53 PM
:mengingat kembali kematian, hingga tiba masanya nanti saya bertemu dengannya .....:

*nasheed from Opick, Bila Waktu T’lah Berakhir

5 comments:

  1. salah satu nasyid yg aku suka dari dulu :)

    ReplyDelete
  2. Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un..
    Semoga segala amal ibadah almarhumah diterima di sisi Allah Swt., diampuni segala kesalahan dan ditempatkan bersama para kekasih-Nya. Amin.

    Ya, semoga ketika ajal menjemput, kita semua meraih husnul khatimah.. amin Allahumma amin..

    ReplyDelete
  3. mardee: :D

    Om mux: amin Allohumma amin.

    ReplyDelete
  4. Amin Allahumma Amiin....
    semoga Allah senantiasa menjaga kita dalam mengingat maut, akhir dari sebuah perjalanan...

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.