Saturday, April 2, 2011

after 3 years



Nggak sengaja saat saya kembali membuka folder photo moment-moment di kampus, saya menemukan foto beliau. Seorang lelaki muda yang penuh semangat, seorang al-akh yang pernah begitu lama membersamai kami. Begitu melihat foto beliau, saya bergegas membuka milis angkatan saya. Dan menemukan sedikit tulisan mengenai beliau. Ah mata saya kembali berkaca-kaca.

Saya masih akan selalu ingat kenangan-kenangan itu. Bahkan saat saya menuliskan kembali diblog ini, tak terasa air mata saya jatuh. Ada perasaan perih menghimpit dada saya. Perasaan yang sama ketika saya harus mengingat sebuah nasehat terbaik, KEMATIAN.

Ya, kematian akan selalu menjadi nasehat terbaik. Dan bahkan saya sendiri masih amat sangat ketakutan ketika harus mengingatnya. Ah, siapa yang tak takut mati? Kematian benar-benar mengingatkan saya bahwa bekal saya belumlah cukup untuk ditukar dengan bau wangi surgaNya. Belum, masih amat jauh. Wastaghfirullahal’adziim …

Dulu sewaktu masih aktif di kampus, saya banyak terjun di banyak organisasi. Entah itu dakwah atau siyasi. Atau bahkan kemasyarakatan. Ya, masa saat ghirah saya masih terlalu tinggi dan tak jarang meledak-ledak. Masa yang amat saya rindukan.

Di sebuah Lembaga Dakwah Kampus (LDK), saya mengenal seorang al-akh yang kebetulan adalah adik tingkat saya. Beliau pernah menjadi staff saya, pernah pula menjadi partner di banyak kepanitiaan. Saya masih ingat semua kenangan tentang beliau. MUHAMMAD ADI WARDHANA, itu nama beliau. Kami biasa memanggilnya akh Adi. Beliau orang yang santun, sederhana, kalem, kadang lucu, dan cerdas meskipun kadang-kadang sebagai manusia biasa pun banyak kekurangannya.

Masih saya ingat dengan jelas, tanggal 5 Juli 2008 saya mengirim sebuah pesan di Milis F4 (milis angkatan saya dan teman-teman), begini pesannya:
“Akhirnya setelah melalui perjalanan panjang, rihlah jadi besok senin-selasa, 7-8 juli 2008. Semoga dengan banyak pertimbangan dan banyak pengorbanan ... Alloh memudahkan dan meridhoi perjalanan kita. Syukran wa afwan. “

Ya, saya dan teman-teman seangkatan (yang kebetulan pula se-lembaga/ LDK) berencana untuk rihlah (melakukan perjalanan) sekaligus silaturahmi ke Purworejo dalam rangka menjaga dan meningkatkan ukhuwah diantara kami. Apalagi kami ini sebentar lagi harus segera meninggalkan kampus, yang artinya intensitas pertemuan kami akan sangat berkurang. Rencananya di Purworejo, teman-teman akhwat akan menginap di tempat saya dan teman-teman ikhwan menginap di tempat seorang al-Akh yang rumahnya juga tak jauh dari tempat saya. Pembahasan tentang rihlah sudah cukup lama dan alot, akhirnya menemukan keputusan final seperti diatas. Ah, tapi siapa yang pernah tahu apa yang ingin Alloh nasehatkan kepada kami?

H-1 saat saya dan beberapa teman sedang mengikuti sebuah kajian, kami mendapat kabar :
Innalillahi Wainnaillaihi Rajiu'un.
Telah meninggal dunia seorang Mujahid Islam, saudara kita semua
MUHAMMAD ADI WARDHANA / EP 2005
(Mantan Ketua Umum BPPI periode 2006/2007)
Dalam menjalankan tugas dakwahnya di Wonogiri, Ahad 6 Juli 2008
Semoga amal ibadah beliau dapat menjadi pemberat timbangan kebaikan dan tergolong ke dalam orang-orang yang dapat menikmati Syurga-Nya.
Semoga keluarga, rekan dan sahabat diberikan ketabahan dan kekuatan.
Selamat Jalan Wahai Mujahid!!! Kami Akan Meneruskan perjuanganmu!

Innalillah …. Masya Alloh! Kami terguncang hebat. Kami tak percaya, adik kami tercinta dipanggil secepat ini. Akh Adi, beliau meninggal setelah menyelesaikan amanahnya di organisasi kampus. Beliau meninggal karena menolong teman seangkatan beliau (Akh Silman) yang juga pernah menjadi Ketua Umum di LDK fakultasnya. Beliau berdua, mujahid muda yang sama-sama sederhana, kuat, dan baik. Insya Alloh. Kualitas seorang Ketua Umum, seorang pemimpin sebuah organisasi dakwah, siapa yang meragukan? Insya Alloh, beliau berdua adalah orang-orang yang baik, orang-orang yang amanah. Insya Alloh.

Kampus dirundung duka, hampir semuanya. Rencana rihlah kami pun dipending, bahkan tidak terlaksana sampai sekarang.

Saya pribadi benar-benar shock. Bagaimana tidak? Saya masih amat sangat ingat. Beberapa hari sebelum beliau meninggal, saat saya sedang dalam perjalanan pulang Study Banding dari Gresik (Jawa Timur) dan ternyata bus yang saya tumpangi sampai di kampus jam 2-3 pagi. Beliau mengirim SMS ke Soner saya,
“Mbak, perlu dikawal untuk pulangnya nggak?”.
Ya, beliau menawarkan untuk mengantar sampai kos meskipun beliau tidak ikut dalam Study Banding tersebut. Kemudian saya jawab kira-kira begini, “Insya Alloh. Soalnya disini kayaknya juga ada beberapa adik-adik akhwat yang butuh dikawal … jazakalloh ya sudah bersedia mengantar.” Saya juga masih ingat, saat beliau masih menjadi staff saya di sebuah amanah kampus, saya beberapa kali memarahinya karena masalah amanah di lembaga (mungkin karena saya terlalu galak hehehe). Saya masih ingat kebersamaan dengan beliau saat mengisi kepanitiaan di kampus.

Saat saya ikut takziah ke rumah beliau di Ngawi, saya sempat merasa “deg” saat melihat saudara kembar beliau. Sangat mirip, identik. Hingga saya mengira itu beliau, masih hidup. Disana, Ibunda dari akh Adi yang tak pernah menyangka putra tercintanya pergi secepat ini menceritakan beberapa hal sebelum beliau meninggal. Satu hal yang kemudian saya juga tahu bahwa beliau adalah kepala keluarga (ayah beliau sudah meninggal) yang begitu dicintai dan dihormati oleh Ibu dan kedua adiknya.

Selang beberapa hari, saudara saya yang lain (seorang al-akh yang saat itu menjadi saksi meninggalnya akh Adi, yang kebetulan adalah teman seangkatan dan sedaerah dengan saya di Purworejo yang rencananya akan disinggahi teman-teman kami untuk rihlah dan silaturahim) menuliskan kisah detik-detik terakhirnya bersama sang adik tercinta kemudian mengirimkannya ke milis kami tadi. Dan saya, begitu “sakit” sekaligus terharu membacanya.
Subhanalloh, begitu indah cara-Mu memanggilnya ya Rabbi …


Selamat jalan hai mujahid …
(detik-detik terakhirku bersama Akh. Adi Wardana dan Akh Silman)
Tak pernah kami rasakan saat itu betapa dekat segala pemusnah kenikmatan dunia segera menghampiri beliau. Pagi itu, ahad 6 juli 2008 kami (panitia dan SC) ber-empat akh adi,akh silman,akh andi hakim dan saya bermaksud memfixkan rute outbond alam sebuah acara. Tak pernah terlintas bahwa pada hari itu mereka akan meninggalkan kami, sepanjang perjalanan kami begitu gembira dan riang, tawa dan canda selalu membuat hangat perjalanan kami. Apalagi saat kami tiba di sawah, disana kami masih bermain lumpur dan memasang instalasi untuk peserta nanti. Foto-foto tentu tidak kami lupakan disana. Perjalanan survey pun kami lanjutkan, kami terus melewati pematang yang sangat luas yang di tengah-tengahnya terdapat sungai yang aliran airnya sangat kecil dengan kedalaman tidak melebihi mata kaki.
Perjalanan pun terus kami lanjutkan sehingga tibalah kami di muara sungai itu yang tidak lain adalah cek DAM Ngunut di Desa Bulusulur, saat melihat tempat itu yang sekilas seperti genangan ait yang luasnya tidak begitu besar kami berfikir inilah tempat yang tepat untuk bersih-bersih peserta setelah mereka mengikuti game yang dilakukan di sawah. Di genangan itu kami sempat berfoto-foto karena memang genangan itu di tepi hanya setinggi lutut saya. Kami melihat Akh Silman terus berjalan menuju ke tengah genangan. Saat itu dia berjalan pelan-pelan dan kedalaman pun masih sama setinggi lutut saja, beliau terus menuju ke tengah sehingga pada jarak kira-kira 3 meter dari tepi, beliau terperosok dan tenggelam (struktur genangan air dari landai langsung curam sedalam 4 meter lebih). Saat itu kami bertiga masih bisa
tertawa karena kami mengira dia bercanda dengan berakting seperti orang tenggelam, tapi fikiran kami berubah setelah beberapa detik rupanya ini bukan acting, langsung Akh Adi terjun untuk mencoba memberikan pertolongan.
Namun beberapa detik Akh Adi juga tidak bisa menolong, akhirnya saya pun terjun ke air untuk mencoba memberikan pertolongan kepada mereka karena sayapun tidak memiliki skill berenang yang bagus maka kami bertiga sangatlah panik disana, beberapa detik kemudian Akh Andi Hakim pun terjun ke air yang ternyata beliau juga tidak bisa berenang. Akh Andi adalah orang yang pertama bisa naik kembali ke atas, dan saya saat itu hanya berfikir bagaimana saya bisa merangkul mereka, saat itu saya sempat menyentuh tubuh mereka namun karena kondisi yang panik dan kedalaman air disana mencapai 4 meter lebih kami pun tenggelam bersama dan ikatan diantara kami pun lepas, saya masih bisa merasakan saat saya tenggelam ke bawah dan tak tahu berapa banyak air yang saya minum, kepala saya sangat pusing dan badan saya terasa berat, saat itu saya sudah berfikir apakah Allah sudah saatnya memanggil saya sekarang. Saya pasrah sambil tetap berusaha naik ke permukaan karena saat itu pegangan di antara kami lepas. Alhamdulillah di atas ada Akh Andi yang berusaha menolong saya, dan dengan bersusah payah saya berhasil naik ke permukaan, wallahu a'lam kalau saya terlambat beberapa detik saja sampai permukaan.
Saat di permukaan kami berdua (saya dan akh Andi) sudah tidak melihat beliau berdua, Akh Andi pun spontan langsung teriak-teriak meminta bantuan warga yang ada di sekitarnya “… tolong …..” dan terus beliau ulang. Akhirnya datanglah beberapa warga namun kami berfikir sudahlah terlambat karena mereka sudah tidak nampak ke permukaan lagi, saat itu kami berdua tak kuasa menahan tangis sambil terus berdoa. Saat itu kondisi saya sangatlah lemah, saya putuskan untuk memanggil panitia yang lain dengan berlari karena kami tidak bisa menghubungi mereka. Tetapi saya justru terjatuh karena saya tidak kuat, beruntung saya bertemu peserta akhwat yang mulai berangkat outbond. Akhirnya semuanya datang ke lokasi, dan Akh Adi juga Akh Silman belum bisa di temukan, barulah ketika tim SAR datang jenazah beliau bisa terangkat.
Saya ingat kejadian sekitar pukul 06.15 namun jenazah baru bisa terangkat sekitar pukul 08.00. Innalillahi wa inna ilaihi roji'un, rupanya Allah sangat mencintai beliau berdua, sang mujahid telah meninggalkan kita. Semoga beliau tenang disisinya… begitu cepat dan mudah kalau Allah sudah berkenan untuk memanggil hambanya.
Kepada rekan-rekan semua, semoga kita semua dapat mengambil ibroh dari kejadian ini… (diambil dari milis F4)


Selamat jalan duhai adik kami tercinta, semoga Alloh melapangkan jalanmu.
Dan semoga Alloh meneguhkan kami …

Ya Alloh, matikan kami syahid di jalanMU …
Amin Allohumma Amin.

Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam kitab (Lauh mahfuz) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh yang demikian itu mudah bagi Alloh, agar kamu tidak bersedih hati terhadap apa yang luput dari kamu dan tidak pula terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. (QS.57;22-23


Keterangan gambar: beliau (akh Adi) yang berkoko biru dan berkacamata, foto ini diambil saat kami masih bersama-sama dengan beliau di LDK.

7 comments:

  1. Innalillahi wa inna ilayhi rajiun... dari Allah kembali ke Allah... yang terbaik, selalu pulang lebih awal... ;_(

    insyaAllah, Akhi Adi dan Akhi Silman sekarang sedang berlari2-riang di luasnya padang cinta Ilahi...

    Ya Allah, matikan kami syahid di jalan-Mu.. amin Ya Rabb.. ;_|

    ReplyDelete
  2. Amiin Allahumma Amiin...

    Menjadi teringat dengan seorang akh yang juga meninggalkan kami di lembaga dakwah kampus dulu, begitu cepat di panggilnya :,(

    Seorang mas'ul yang santun, giat, pekerja keras, cerdas, pemimpin yang insyaAllah amanah...
    seseorang yang melahirkan ide forum studi ekonomi islam di kampus, seseorang yang menjadi penanggung jawab (yang paling bersemangat) ketika akhirnya ide tersebut dapat di laksanakan....

    Beliau meninggal di kamis subuh, ketika sedang berkendara mencari makan sahur untuk dia dan teman2 kosnya :,( :,(

    Ya Allah, terima amal ibadah orang-orang yang berjuang di jalanMu :'(

    ReplyDelete
  3. aku kelingan dirimu pas crito iku cix.. =)

    ReplyDelete
  4. bangMUX: amiin ya Rabb ... begitulah bang, kematian selalu jadi nasehat terbaik buat kita, buat saya :h:

    mb uchi: amiin Allohumma amin. orang baik selalu dipanggil lebih cepat ya mbak ... :h:

    fajar: eh aq pernah crito ya? pas kamu ke rumahku ya :h:

    ReplyDelete
  5. hu um... :(

    iya, pajar bilang dia dah pernah diceritaiin waktu nginap di rumahmu cix..

    ReplyDelete
  6. semoga Allah mengampuni dosanya,menerima amalya.Ya Allah,tempatkan mereka di Jannah-Mu.

    ReplyDelete
  7. pingin nagis bacanya. jadi inget, waktu saya masih ngider koran, tiap lewat FE dan bertemu bliau, Akh Adi yang selalu tersenyum, menyapa, menggenggam tangan saya, nanya laris mas? semangat ya...TT


    Allahmuaghfirlahu warhamhu wa 'afini wa'fuanhu...

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.