Friday, April 8, 2011

Jangan lepaskan tanganmu ... Kumohon!



Jam 18.45 WIB.
Medelina baru saja keluar dari perpustakaan. Gadis itu masih mencari buku yang dibutuhkannya sehingga terpaksa pulang agak malam. Sebenarnya tadi Widita hendak menemaninya, namun Medelina menolaknya. Takut menyusahkan.
Medelina melirik jam tangannya. Medelina menyusuri jalanan kampus, hendak menuju boulevard depan kampus. Tidak terlalu jauh, hanya sekitar 200 meter dari kampusnya.
Sudah jam segini, apa masih ada bus kota ya?
Tiba-tiba …
Langkah kakinya tertahan oleh kedatangan tiga orang laki-laki yang masih dikenalnya. Mereka yang dulu pernah mencoba menyerangnya seusai Ospek!
Ya Allah ... kenapa harus terjadi lagi ?
Salah seorang dari mereka maju dan menodongnya dengan sebuah pisau lipat.
”Masih ingat dengan kami? Hahaha ....”
Astagfirullahal’adzim ...
Medelina mundur beberapa langkah ketika lelaki berkaos hitam itu mencoba mendekatinya.
”Kamu akan merasakan pembalasan yang lebih kejam!” ancamnya lagi.
Sementara kedua lelaki yang berada di belakangnya tertawa menyaksikan ketakutan gadis itu.
Ya Allah, tolonglah hamba-Mu ini.
”Sudah malam, lebih baik kalian pulang saja.”
Medelina menoleh.
Pras ... ?
Ketiga laki-laki itu terlihat kesal melihat kedatangan Prasetyo karena telah mengacaukan rencana jahat mereka pada Medelina. Perkelahian sengit pun tak dapat dihindarkan lagi. Meskipun dengan jumlah tidak seimbang, satu orang melawan tiga orang, tapi Prasetyo cukup bisa mengimbangi mereka. Tak sulit baginya yang sudah sering belajar tifan, untuk mengalahkan ketiga pemuda yang hendak mengeroyoknya itu.
Saat Prasetyo mulai kewalahan mengatasi ketiganya, datang seseorang menolong mereka.
Randy!
Akhirnya ketiga penjahat itu melarikan diri. Medelina nampak diam terpaku.
Randy membalikkan badannya.
”Kau tak apa-apa?.” tanya Randy.
Prasetyo nampak terengah-engah setelah melawan ketiga pemuda tadi. Seolah tenaganya hampir habis. Apalagi lawannya cukup kuat.
”Kalau kau tak bisa menjaganya, aku akan mengambilnya!” ucapnya setengah teriak pada Randy.
Apa-apaan dia? Medelina terkejut mendengar perkataan Prasetyo yang diluar dugaannya.
Randy terdiam. Tubuhnya terasa gemetar. Ada sesuatu bergejolak di hatinya.
Kenapa?
Prasetyo melangkahkan kakinya meninggalkan sepasang suami isteri itu.
Maafkan aku jika lancang ... Aku tak rela kau terluka, batin Prasetyo dalam hatinya.
Untuk beberapa saat lamanya, Medelina dan Randy saling diam membisu. Keduanya membeku tanpa kata-kata.
”Naiklah!”
Medelina duduk di belakang Randy. Tangannya melingkar di pinggang lelaki itu.
”Terima kasih ...” ucap Medelina pelan ketika Randy hendak men-starter motornya.
Randy hanya tersenyum tipis.
Jangan lepaskan tanganmu ... Kumohon!


gambar hasil gugling

10 comments:

  1. naek mobil kok ngelinkarin tangan di pinggag???
    mobil model baru yak???
    wakakakakakak......
    =)) =))

    ReplyDelete
  2. mana mbak? ah salah baca kali :j:

    ReplyDelete
  3. bukan mobil, Chi.. tapi tank baja.. *sambil liat gambar.. :j:

    ReplyDelete
  4. buwahahahahahhahaha, keren banget khan bang ... tank baja ke kampus :j:

    *kenapa jadi pada ngisep rokok semua :i:

    ReplyDelete
  5. tangannya bekas ngup2 ga? =))

    :a:

    ReplyDelete
  6. gak si ta, cuman habis salaman ama momon jadi yaaa ... :j:

    ReplyDelete
  7. curaaaaaaaannnnngggggg......
    menyembunyikan barang bukti...
    mengaburkan masalah..... #hallagh....

    ngup*l yuk cix.... abis itu salamn, maen pok ame ame belalang kupu2 juga boleh....

    wkakakak...

    ReplyDelete
  8. alahhhhh .... curang paan, aye pan gak nyembunyiin up*lnya si momon :j:

    gak usah mbak, disimpan aja mbak buat sarapan besok ... qt tukeran bekal ... jadi mending disimpen di freezer dulu aja besok pagi langsung diangetin tuh hasil freezing kulkas dua pintunya wakakkakakak
    :i:

    ReplyDelete
  9. asli ngakak baca komen di atas...all about up*l...wakkkkkkkk :k:

    ReplyDelete
  10. itu belom seberapa mbak .... ada yang lebih dahsyat tentang produk idung yang satu itu :j:

    ReplyDelete

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.