Saturday, February 26, 2011

Sebab Aku Sayang ....

Bu, kangen … Kenapa tidurmu panjang sekali?
Tidakkah kau ingin melihat Ayah?

Bruugggg!!!

Aku tengah menulis diary online-ku ketika tiba-tiba kudengar suara seperti seorang terjatuh. Bergegas kututup laptop serampangan dan berlari ke belakang. Kudapati Ayah terduduk di lantai kamar mandi.

“Masya Alloh, Ayah??”

Segera kuangkat tubuh Ayah dan membawanya masuk ke kamar. Bajunya basah, kuambil baju ganti untuknya dari lemari. Sementara aku mengganti bajunya, kulihat sekilas Ayah meringis menahan sakit.

“Riana … maukah kau menolong Ayah?” tanyanya dengan mata berkaca-kaca.

Aku tertegun. Kuambil selimut tebal, tapi Ayah menahan tanganku.

“Tolonglah Ayah, Nak … aakhh!” Ayah mencengkeram tanganku dan mengerang kesakitan.

Aku menangis lirih melihatnya.

Alloh, jangan biarkan dia putus asa …

“Hanya kamu harapan Ayah, kamu sayang Ayah kan? Tolong Ayah … untuk mengakhiri semua ini.”

Deg!

Ayah menangis. Sesuatu yang tak dilakukannya lagi semenjak kematian Ibu tujuh tahun lalu.

Alloh, aku harus bagaimana?
***

Aku mulai beku.

Apakah ini pertanda, aku mulai kelelahan ya Alloh …?

Kanker otak yang diderita Ayah semakin parah. Sebulan lalu, kemoterapi telah dihentikan. Dokter hanya memberikan obat penghilang rasa sakit. Kini, Ayah hanya bisa berbaring dirumah. Dengan aku, putri tunggalnya yang bahkan harus keluar dari pekerjaanku agar selalu bisa memantau kondisi Ayah. Semua kulakukan sendiri.

Kembali aku tertegun melihat pil-pil yang tengah kugerus.

Haruskah …?

Aku tergugu dalam diamku.

Alloh, maafkan aku … ini demi Ayah.

***

Kutinggalkan tanah merah yang masih basah itu. Sebuah mobil dan beberapa petugas berseragam serba cokelat tengah menungguku di luar pagar.

Selamat tinggal, Ayah.

Riana sayang Ayah …

-end-
=============================>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>

repost FF-ku yang pernah ikut lomba FF di EMPE :))

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.