Friday, February 18, 2011

Taaruf?

Sebenarnya paling males ngomongin masalah ini, kayaknya lebai sih. Intinya udah penuh sama teori, tinggal praktek aja #halah apaan deehh, sok gedhe xoxoxo#.

Taaruf itu kan intinya perkenalan
. Sama temen kek, sama sodara kek, sama orang yang nggak kita kenal sekalipun. Pokoknya, intinya kenalan. Tapi kalau mau lebih dipersempit dalam ruang lingkup pernikahan, ya taaruf lebih ke bagaimana “mendalami” seseorang #eh, iya nggak sih?#. Bagaimana meyakinkan diri, bahwa seseorang itu adalah orang yang kita tunggu dan kita cari selama ini. Bukan pacaran. Karena sampai saat ini, saya masih menganut paham antipacaran untuk urusan menikah. Daripada ngasih cokelat dan bunga ke anaknya, mending langsung datengin calon mertua kan? Hahahaha Well, saya kira banyak jalan untuk menemukan jodoh tanpa harus pacaran toh? #njlimet amat sih, ya gitu deeehh#

Ngomong-ngomong masalah taaruf, saya jadi inget sesuatu. Suatu kali, pernah ada seseorang lelaki yang I-don’t-know-who-is-he-and-I-don’t-care-about-him tiba-tiba mengajak taaruf.

Begini kira-kira …

He : Anda bukan perempuan biasa. Kelihatan dari tulisan-tulisan anda.

Me : Anda siapa? Dan ada urusan apa dengan saya?

He : Perkenalkan saya ****menyebutkan*nama****.

Ehm, bagaimana ya ngomongnya?

Me : ?

He : Begini mbak, saya pengen mengajak mbak untuk taaruf.

Me : Taaruf untuk apa?

He : Ya saya belum tahu, untuk dijadikan isteri atau teman.

Me : ???

#inti percakapan kami berdua; He (lelaki itu) dan Me (saya)#

Meskipun saya tahu kalau maksud si lelaki itu ingin mengajak taaruf dalam rangka menikah, tapi jawaban “Ya saya belum tahu, untuk dijadikan isteri atau teman.” dari lelaki itu justru langsung membuat saya mencoret dia dari daftar the-man-I’am-looking-for.

Kenapa?

Yaiyalah, jelas saya tolak. Bagi saya yang namanya taaruf ya jelas tujuan utamanya adalah untuk menjadikan seseorang itu sebagai partner hidup kita. Get married! Bukan malah masih bimbang antara teman biasa atau teman hidup. Meskipun, memang pada akhirnya kita memang tidak tahu pasti apakah proses taaruf itu akan berhasil atau gagal. Karena taaruf hanyalah bagian dari ikhtiar kita, bukan keputusan final. Tapi bagi saya, jawaban atau pemikiran seperti itu menunjukkan kalau seseorang itu belum siap dengan “siapa(pun)” yang akan berproses dengannya.

Bagi saya, menikah adalah keputusan besar. Taaruf bukan untuk sekedar main-main, mencoba semua yang datang untuk mencari jodoh. Taaruf bukan ajang seleksi, tapi ikhtiar. Saya pun masih belajar, untuk mengikhlaskan diri pada siapapun yang Alloh takdirkan untuk saya. Ihhh, suka ngeri ngebayangin siapa jodoh saya nanti. Cuma berharap, dia adalah yang saya cari selama ini dan akhirnya Alloh memang mempertemukan kami meskipun jalannya berliku seperti sirkuit balap motor hihihihi #gubrakkkk#.

Intinya, kalau mau menikah musti dipikir dan dipertimbangkan masak-masak. Bener-bener harus menyiapkan proposal hidup yang meyakinkan, yang menggambarkan 5W+1H-nya kita. Jangan asal sradak-sruduk, apalagi hanya karena ada yang datang. Tetapi menikah karena memang kita sudah siap dengan segala kehidupan pasca pernikahan. Taaruf adalah bagian ikhtiar dari sebuah pernikahan, dan kesiapan untuk “mengenal” seseorang pun harus menjadi bagian di dalamnya. Taaruf bukan ajang coba-coba!

In the end, just pray and hope, menikah hanya sekali seumur hidup dengan seseorang yang kelak akan menjadi imam saya di dunia dan di akhirat. Lelaki duniaku dan akhiratku. Amiinnn.

Menjelang petang dengan segenggam asa :)

13/02/2011 05:36 PM

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.