Sunday, March 20, 2011

mental SAMURAI



benarlah, kematian adalah pemberi nasehat terbaik. *merinding liat Jepang sekarang*

Tsunami di Jepang beberapa waktu lalu benar-benar membuat shock hampir seluruh dunia. Maha Suci Alloh yang menggenggam setiap jiwa. Begitulah, jika Alloh sudah berkehendak maka apapun bisa terjadi. KUN FAYAKUN! Dan kematian, tidak pernah ada yang mengetahui kapan dia datang menghampiri kita.

faghfirlii ya Alloh ... hamba terlalu takut mati, tapi sering lupa meminta ampun pada-Mu dan lupa memperbaiki diri. padahal tahu, hidup di dunia ini hanya mampir ... hanya mampir, astaghfirulloh ....

Saya sendiri benar-benar merasakan betapa semua yang ada di dunia ini hanyalah sebentar saja. Melihat Jepang tenggelam, hancur sekejap dalam sekali sapu. Bukan hukuman, tapi ujian. Ya, Alloh sedang menguji berapa besar keikhlasan manusia merasakan kenikmatan dalam bentuk kesedihan.

Betapa mengerikan melihat mobil-mobil mengambang di atas air, bangunan pencakar langit runtuh, pesawat-pesawat bergerak keluar landasan, ledakan PLTN, dan ratusan kesedihan yang menyelimuti negeri Sakura itu. Subhanalloh, begitulah Alloh memperingati manusia. Saya benar-benar merinding melihatnya. Bagaimana jika saya mengalaminya? Saya tak tahu lagi rasanya.

hanya berdoa semoga Alloh mengambil kita dalam keadaan terbaik, amin ya Rabb ...

Saya lebih merinding lagi ketika membaca apa yang dilakukan orang-orang Jepang. Saat ribuan orang yang tinggal di dekat pembangkit listrik bermasalah Fukushima Daiichi nuklir dievakuasi dari rumah mereka karena risiko kebocoran radiasi dari reaktor yang rusak akibat gempa dahsyat pekan lalu. Tetapi di saat yang sama, 180 pekerja justru mendekati lokasi PLTN. Mereka sadar risikonya -- seringan-ringannya adalah mengalami kanker -- untuk melawan ancaman krisis (sampai di tulisan ini pun saya masih merinding dibuatnya. Mereka, kelompok pekerja di Tokyo Electric Power Co (Tepco), yang menjalankan PLTN Fukushima No 1 satu suara untuk tetap berkarya yang terbaik bagi tempat mereka bekerja dan negaranya. Mereka kini tengah sibuk mendinginkan pembangkit nuklir dan menghindari kehancuran.

Michiko Otsuki -- seorang pekerja perempuan di Tepco -- telah menulis di blog-nya, menyuarakan apa yang ada di benaknya dan rekan-rekannya yang selama ini memilih diam. Otsuki adalah salah satu dari 800 karyawan yang dievakuasi dari lokasi PLTN pada hari Senin, meninggalkan 50 pekerja di belakang untuk melawan krisis nuklir. Postingan blog Otsuki memberikan informasi tentang apa yang dilakukan para pekerja - sekarang dijuluki Fukushima 50 - yang bekerja di garis depan untuk menghentikan krisis nuklir dari meningkatnya risiko efek radiasi. Dalam kasus yang paling parah, radiasi bisa mengakibatkan risiko terserang penyakit kanker, atau bahkan kematian.

Berikut beberapa kutipan dari postingan blog Otsuki :

Orang-orang telah menyalahkan Tepco, tapi staf Tepco menolak untuk melarikan diri, dan terus bekerja bahkan saat bahaya mengancam kehidupan mereka sendiri. Tolong berhenti menyerang kami.
(perlu diketahui bahwa Tepco, yang memasok listrik untuk Tokyo, merupakan salah satu pemain utama dalam dunia tenaga nuklir Jepang. Namun kredibilitasnya tercoreng karena musibah itu.)

Anda tahu, di tengah alarm tsunami (Jumat lalu), pukul 03.00 dini hari hari ketika kita tidak bisa memilih lagi kemana akan pergi, kami terus bekerja untuk memulihkan reaktor dari tempat kami, tepat di laut, dengankenyataan bahwa ini bisa menjadi kematian.


Mendinginkan reaktor, kita hanya mengandalkan lautan, dan itu telah hancur oleh tsunami. Setiap orang bekerja mati-matian untuk mencoba dan mengembalikannya. Memerangi kelelahan dan perut kosong, kita terus bekerja tanpa henti. Ada banyak dari kami yang belum dapat berhubungan dengan anggota keluarga (apakah mereka selamat atau tidak), tetapi tetap menghadapi situasi sekarang dan bekerja keras.


Setengah putus asa, ia juga menulis,
Harap diingat bahwa saya ingin pesan ini mencapai bahkan hanya satu orang saja. Semua orang di pembangkit listrik sedang berjuang, kami tidak melarikan diri. Untuk semua penduduk (sekitar PLTN) yang telah cemas dan khawatir, saya benar-benar, sangat menyesal.


Menonton rekan kerja saya menempatkan kehidupan mereka di garis depan tanpa mempedulikan keselamatan diri mereka sendiri, saya bangga menjadi anggota Tepco, dan anggota tim di di belakang reaktor Fukushima No 2. Saya berharap untuk kembali ke pabrik dan bekerja pada pemulihan reaktor.


Saya benar-benar MERINDING membacanya. Bagaimana tidak? Ketika dunia sibuk menyalahkan PLTN di Fukushima, tetapi para pekerjanya tetap diam dan tidak mencoba berkoar-koar membela diri. Para pekerja itu tetap bekerja dan berusaha mendinginkan reaktor nuklirnya. Dan mereka hanya minta didukung, bukan disalahkan. Padahal kita juga tahu, setiap sesuatu hal itu mempunyai resiko masing-masing. Begitupun dengan reaktor nuklir. Bahwa kemudian terjadi ledakan saat terjadi tsunami dan gempa, Alloh lah yang berkuasa atas semua itu.

Saya hanya mampu berdoa, semoga Alloh memberikan keselamatan pada kita. Kita ambil hikmah dari setiap peristiwa. Seperti kematian, yang akan selalu menjadi nasehat terbaik untuk kita. Khususnya saya pribadi.



Salut untuk para pekerja disana, untuk mental Samurai dan semangat Bushido mereka
TOLONG DUKUNG, KAMI TAK AKAN LARI!


Allohua'lam bishowab.

keterangan: gambar dari vivanews, republika online, googling

No comments:

Post a Comment

berkomentarlah yang baik dan sopan, terima kasih.